Hujan mengguyur deras ketika saya hendak memulai pendakian ke danau Gunung Tujuh (2.732 m), yang berada di sebrang Gunung Kerinci (3.800 m). Kawasan Gunung Tujuh dipisahkan oleh jalan raya yang menghubungkan Sungai Penuh—ibu kota Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi—dengan Muara Labuh, Kabupaten Solok, Sumatra Barat.
Kami pun berteduh sebentar di Pos Taman Nasional Kerinci Seblat yang juga sekaligus gerbang pendakian. Karena waktu terbuang itu, kami berjalan agak cepat melalui jalur baru dengan kemiringan lebih curam, mencapai lebih dari 60 derajat. Mengejar sampai sebelum senja.
Kami tak heran berbasah-basah, karena dalam ransel kami masing-masing juga para porter terdapat sekita 20 kamera penjebak yang akan dipasang disebelang danau.
Saat itu, saya tengah mendampingi Profesor Peter Tse dan kawan-kawan untuk mencari tahu kehadiran “orang pendek” yang melegenda di kawasan Gunung Kerinci dan Danau Gunung Tujuh.
Tak sampai tiga jam kami sudah berdiri di atas danau, di ujung jalan setapak dan terkagum akan indahnya pemandangan. Jalan setapak menurun tajam harus dilalui untuk mencapai tepi Danau Gunung Tujuh. Di tempat inilah, terlihat keajaiban alam. Sebuah danau dengan panjang sekitar 4 km dan lebar 3 km membentang di depan mata.
Kegerahan karena keringat ditambah rintik-rintik hujan, kami pun segera menikmati air danau dengan merenanginya. Tak disangka, airnya terasa hangat dibandingkan dinginnya hujan yang tercurah dari langit.
Menjelang malam, suasana hangat itu makin terasa, saat purnama muncul di balik Gunung Tujuh. Sebuah pemandangan yang tak lekang dari ingatan.
Esok paginya, kami menyeberanginya dengan sampan. Mencari-mencari tahu keberadaan legenda kawasan ini.
Penulis | : | |
Editor | : | Puri |
KOMENTAR