Saya mempersiapkan instrumen sederhana guna menyambut tamu ini. Yakni sebuah kamera D-SLR kelas konsumen dengan lensa bawaannya. Kamera dipasang pada kaki tiga (tripod), dengan lensa diatur pada bukaan terbesar untuk setiap panjang fokus antara 18 mm hingga 55 mm. Fokus diatur secara manual. ISO dipilih pada nilai yang cukup besar, saya gunakan ISO 1600. Sementara waktu pencahayaan antara 20 detik hingga 30 detik.
Observasi dilakukan dari halaman belakang rumah antara Jumat (9 Januari 2015) hingga Minggu (11 Januari 2015) malam, untuk kemudian dilanjutkan kembali pada Kamis (15 Januari 2015). Di hari pertama observasi terganggu oleh terangnya langit akibat pencahayaan Bulan yang baru saja lepas dari status purnama. Selain itu gangguan juga datang dari awan-awan tipis yang berarak-arak. Namun di hari kedua dan seterusnya, kedua gangguan tersebut relatif sangat berkurang.
Komet C/2014 Q2 Lovejoy relatif mudah ditemukan. Patokannya rasi bintang Waluku (Orion), rasi bintang yang sangat populer dalam masyarakat agraris Indonesia sebagai penanda musim tanam. Tepat di sebelah barat Waluku ini berdampingan dengan rasi bintang lain yang tak kalah populernya, yakni Taurus. Taurus juga dikenal dengan Tujuh Dara-nya atau Pleiades. Posisi komet C/2014 Q2 Lovejoy tepat berada di rasi Taurus, sembari berangsur-angsur menjauhi Waluku.
Komet C/2014 Q2 Lovejoy terabadikan dalam D-SLR meski cukup redup. Ia hanya nampak sebagai bintik cahaya mirip bintang, namun bintik tersebut baur seakan berselimutkan kabut. Ini sangat berbeda dibandingkan bintang-bintang umumnya, yang tampil sebagai bintik cahaya tegas. Kabut tersebut menjadi penanda atmosfer temporer (coma) sang komet.
Ciri menonjol lainnya adalah warnanya yang kehijauan, bertolak belakang dengan bintang-bintang umumnya yang putih kebiruan hingga kemerahan. Warna kehijauan ini merupakan produk dari eksitasi elektron-elektron dalam molekul karbon diatom (C2) dan sianogen (CN) di coma akibat pengaruh cahaya Matahari.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR