Pelaku pariwisata di Bali tetap gencar melakukan promosi pariwisata di Australia untuk menarik kunjungan lebih banyak wisatawan dari Australia di tengah isu hukuman mati kasus narkoba.
"Kami masih tetap melakukan promosi di Austrlia melalui sales mission," kata Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali Ida Bagus Ngurah Wijaya di Denpasar, Rabu (18/2).
Menurut dia, misi tersebut digelar di tiga kota besar di Negeri Kanguru itu, di antaranya Melbourne dan Sydney, pada April 2015.
Ngurah Wijaya menyatakan, meski tensi hubungan kedua negara meningkat terkait eksekusi mati dua narapidana Myuran Sukumaran dan Andrew Chan yang berujung isu pemboikotan kunjungan ke Bali, tetapi kegiatan promosi pariwisata harus tetap dilaksanakan.
Dia menjelaskan bahwa permasalahan pro dan kontra pelaksanaan eksekusi mati merupakan hal politik yang harusnya dipisahkan dari kegiatan pariwisata. "Pariwisata itu urusan manusia, sedangkan urusan itu tidak ada relasinya dengan hubungan pariwisata," katanya.
Beberapa turis dari Australia bahkan tidak setuju dengan isu pemboikotan pariwisata Pulau Dewata di tengah gonjang-ganjing eksekusi mati narapidana dari Australia.
"Saya tidak setuju dengan boikot itu karena saya tetap mencintai Bali," ujar turis Australia, Coally Ann.
Wisatawan dari Austrlia selama beberapa tahun selalu menempati posisi teratas tingkat kunjungan wisatawan mancanegara di Bali.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali menunjukkan, selama tahun 2014, jumlah wisatawan Australia itu menduduki posisi pertama, yakni mencapai 991.923 orang atau melonjak 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Jumlah itu berkontribusi sebesar 26,3 persen jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali yang mencapai hampir 3,8 juta selama 2014.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR