NATIONALGEOGRAPHIC.CO.ID—Diperkirakan 49 persen penduduk dunia telah menerima setidaknya satu dosis vaksin Covid-19. Namun masih banyak yang menunggu gilirannya untuk mendapatkan vaksinasi.
Di Benua Afrika misalnya, hanya 5 dari 54 negara Afrika yang diproyeksikan mencapai target akhir tahun Organisasi Kesehatan Dunia. Negara-negara di Benua Afrika ditargetkan untuk untuk memvaksinasi penuh setidaknya 40 persen penduduk mereka. Kekurangan jarum suntik dan kurangnya akses ke pendingin penyimpanan dingin tetap menjadi hambatan utama.
Untuk mengatasi hambatan tersebut, tim peneliti membuat vaksin Covid-19 yang dapat disimpan pada suhu kamar dan diberikan tanpa jarum suntik.
Sebuah tim di Universitas Queensland, Australia sedang mengembangkan vaksin Covid-19 berbentuk plester plastik solid. Vaksin ini memiliki ukuran yang lebih kecil dari kuku, hanya 7 x 7 milimeter. Di permukaannya terdapat 5.000 tonjolan seperti jarum yang akan menembus kulit dan menyimpan vaksin di lapisan kulit atas.
Tidak seperti jarum biasa, jarum ini sangat kecil sehingga tidak menarik darah atau memicu ujung saraf yang merasakan sakit. Teknologi ini dikenal sebagai plester jarum mikro (patch microneedle).
Vaksin dibuat dengan menggunakan proses pengeringan berbasis jet nitrogen untuk mengubah versi stabil dari protein virus corona menjadi bubuk. Protein bubuk ini kemudian dilapisi pada permukaan plester. Pada pengujian laboratorium, mereka menemukan bahwa vaksin plester tetap stabil hingga sebulan pada suhu kamar. Sedangkan jika disimpan pada suhu 40 derajat Celcius, vaksin ini akan tahan hingga 1 minggu.
Iterasi terbaru ini, yang dirancang untuk melindungi dari Covid-19, baru diuji pada tikus. Pada tikus, vaksin plester menghasilkan tingkat antibodi penetralisir yang lebih tinggi terhadap SARS-Cov-2 daripada vaksin dengan jarum suntik.
Vaksin plester bekerja dengan mengirimkan protein ke lapisan luar kulit. Lapisan ini mengandung jaringan luas sel-sel kekebalan khusus yang memberikan penghalang terhadap bakteri dan virus. Sel-sel ini bertindak sebagai penjaga tubuh, mengirimkan sinyal ke sel lain ketika mereka serangan patogen.
Kulit adalah penghubung antara tubuh dan dunia luar untuk menghadapi patogen dan memahami kebutuhan tubuh meningkatkan respons imun. “Kulit adalah tempat yang sangat baik untuk pemberian vaksin,” kata Mark Prausnitz, direktur Pusat Desain, Pengembangan, dan Pengiriman Obat di Georgia Tech.
Baca Juga: Lampaui Target WHO, Indonesia Masuk 10 Besar Vaksinasi Terbanyak di Dunia
Source | : | Smithsonian Magazine |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR