Implan mata bionik yang disebut retinal prosthesis tersebut terdiri dari sebuah chip kecil yang ditempel di sisi belakang bola mata (tempat dimana retina berada) untuk memberikan sinyal visual yang langsung mengarah ke saraf mata.
Implan mata bionik tersebut, sayangnya, tidak memiliki cukup banyak elktroda yang bisa menghasilkan visual yang lebih detil. Namun setidaknya, seorang laki-laki tua yang telah menderita kebutaan selama sepuluh tahun kini dapat melihat dengan samar wajah istri dan orang-orang di sekitarnya, juga dapat berjalan dengan baik tanpa menggunakan bantuan tongkat jalan.
Penyakit degeneratif
Seorang pemuda asal Minneapolis, Allen Zderad, menderita kasus penyakit genetik yang dinamakan retinitis pigmentosa. Dalam retina mata yang normal, terdapat sel yang fungsinya khusus untuk menerima dan mengumpulkan cahaya. Namun pada penderita retinitis pigmentosa, sel tersebut secara bertahap akan rusak dan mati. Jadi, jika kebanyakan orang mengalami rabun mata atau pengurangan kemampuan mata untuk melihat pada malam hari, maka penderita retinitis pigmentosa akan kehilangan kemampuan melihatnya sepanjang hari. Zderad, penderita penyakit genetik tersebut, hanya dapat melihat cahaya yang terang benderang. Zderad kemudian ditangani oleh seorang ahli mata dari Rochester, Minnesota bernama Dr. Raymond Iezzi, Jr., yang melakukan transplantasi mata bionik kepada Zdered.
"Apa yang dilakukan oleh mata bionik adalah untuk menggantikan fungsi dari fotoreseptor yang hilang." Jelas Dr. Iezzi dalam sebuah video yang dirilis oleh tempatnya bekerja, Mayo Clinic. Dengan memasukkan elektronik dan sebuah tablet berisi 60 elektroda ke dalam implan mata yang dibuatnya, Dr. Iezzi kemudian menyempurnakan elektronik yang berada di luar mata, lalu menauruh tablet berisi elektroda di sisi melengkung di belakang bola mata Zderad, dimana retina normal seharusnya berada.
Dua minggu kemudian, tim Dr. Iezzi mengaktifasi perangkat luar mata bionik tersebut, yakni sepasang kacamata yang memiliki kamera supermini yang terletak di gagang antara dua mata, dan juga sebuah perangkat komputer mini yang dililitkan ke pinggang.
Kacamata kamera tersebut akan menyimpan visual yang terlihat oleh mata penggunanya, lalu menyimpannya ke dalam komputer yang dikenakan seperti sabuk di tubuh Zdered. Setelah gambar visual disimpan, komputer akan menerjemahkan gambar ke dalam sinyal ringan yang menggetarkan elektroda di dalam retina mata Zderad, lalu mengirim getaran elektroda tersebut ke saraf mata yang kemudian akan dirubah otak menjadi sebuah visual yang dapat dilihat Zderad.
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR