Usia kabupaten Nagekeo, di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur baru memasuki tujuh tahun, namun, kabupaten ini menyimpan kekayaan pariwisata, baik keutuhan rumah adat, maupun berbagai tari-tarian, keunikan ETU atau tinju adat. Kekayaan pariwisata Kabupaten Nagekeo masih sangat asli dan membutuhkan promosi secara terus menerus ke tingkat internasional, Asia, dan Nusantara.
Setelah kita berkeliling mengunjungi Pantai Pasir Putih Rii Ta, di Desa Tonggurambang, Kecamatan Aesesa, dan juga mata kita dimanjakan oleh keunikan batu kodok (frog stones), serta keaslian rumah adat Kampung Tutubhada dan Kampung Boawae. Dalam keadaan badan sedikit lelah, kita bisa mandi dan berjemur di Pantai Pasir Putih Nangateke serta kita bisa berkeliling dengan perahu nelayan di Pantai Kotajogo, mengelilingi Tanjung Todo, hutan bakau, di Desa Anakoli, Kecamatan Wolowae di bagian Timur dari Kota Mbay, ibu kota Kabupaten Nagekeo. Bahkan Pantai itu berada dipinggir Jalan Negara Transflores bagian Timur.
Pantai pasir Putih Nangateke dan Kotajogo masih jarang dikunjungi wisatawan asing. Selama ini pantai ini selalu dikunjungi warga masyarakat Kota Mbay dan sejumlah warga lainnya di Pulau Flores pada hari minggu dan hari libur umum.
Di wilayah Kecamatan Wolowae yang berada di bagian Timur dari Kota Mbay, ibu kota Kabupaten Nagekeo ini sangat terkenal dengan ternak sapi karena memiliki padang savana terluas di Kabupaten Nagekeo.
Selain itu, wilayah Wolowae juga merupakan daerah penghasil garam untuk Nusa Tenggara Timur maupun di luar Pulau Flores serta dikirim ke Pulau Jawa. Wilayah Kecamatan Wolowae berada di Jalan Negara Lintas Utara yang berbatasan langsung ke Kabupaten Ende sehingga sebagian masyarakat yang berada di wilayah perbatasan itu membaur dalam interaksi sosial budaya yang berbeda.
Beberapa waktu lalu KompasTravel berkunjung ke Pantai Pasir Putih Nangateke, Pantai Kotajogo, Tanjung Todo. Konon, masyarakat setempat berkisah bahwa, saat Belanda dan Jepang menduduki Indonesia, khusus di Pulau Flores, Tanjung Todo dijadikan tempat berlabuhnya sejumlah kapal-kapal perang. Pada acara Sail Komodo, wisatawan melabuhkan kapal-kapal wisata mereka di sini.
Dari Tanjung Todo itu, wisatawan dapat mengunjungi sejumlah obyek yang menarik di sekitar Kecamatan Wolowae. Kemungkinan ada kesamaan nama dengan Kampung Todo di wilayah Kecamatan Satarmese Barat, di Kabupaten Manggarai. Sebab di Kabupaten Manggarai ada nama kampung Kampung Todo.
Setelah kita menjelajahi Pasir Putih Nangateke, Pantai Kotajogo, berkeliling dengan perahu nelayan di Tanjung Todo. Kita dipandu oleh pemandu lokal untuk mengunjungi Goa Jepang. Mengunjungi Goa Jepang mengingatkan kita akan Jepang yang menguasai Pulau Flores. Wilayah Nagekeo dijadikan pusat dari pergerakan Tentara Jepang saat menguasai Pulau Flores. Bahkan di Kabupaten Nagekeo ada bekas bandara yang dibangun tentara Jepang dengan sebutan Bandara Surabaya II.
Menelusuri bunker peninggalan Jepang di Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo dapat menjadi alternatif berwisata yang eksotis dan menantang. Terdapat 33 titik goa atau bunker peninggalan Jepang di sekitar Kota Mbay, tepatnya di Kecamatan Aesesa. Bahkan, berada di jalur Jalan Negara Lintas Utara Nagekeo-Maumere.
Memang tidak semua mudah diakses. Namun, jalurnya cukup menarik bila anda memutuskan untuk berwisata melintasi alam karena lokasi gua-gua atau bunker tersebut terletak di balik berbukitan savana yang terbentang dengan rimbunan semak dan pepohonan.
Berpetualangan ke tempat ini disarankan untuk memakai pakaian tertutup demi menghindari goresan ilalang dan semak berduri yang bertebaran di sepanjang perjalanan. Sepatu yang nyaman dan topi untuk menahan panas juga sangat penting. Selain itu persiapan bekal atau snack perjalanan disediakan secukupnya.
Selain itu pastikan anda membawa kamera apabila ingin mengeksplorasi situasi di dalam gua dan tentunya dibutuhkan penerangan menggunakan senter atau sejenisnya karena yang namanya goa pada umumnya gelap.
Berjalan melintasi alam menelusuri goa-goa ini sangat menarik. Daya tarik yang paling eksotis di tempat ini sebenarnya adalah jalur lintas alam yang menghubungkan titik-titik goa yang akan memberikan banyak kesempatan kepada anda untuk belajar mencintai alam. Selain itu, anda juga bisa bereksplorasi tentang sejarah keberadaan goa-goa tersebut dari para pemandu lokal.
Seorang tokoh masyarakat di Flores, Agustinus Nggose kepada KompasTravel menuturkan, orangtuanya pernah bekerja untuk menggali bunker di Kabupaten Nagekeo pada saat tentara Jepang menduduki Flores. Orang Flores yang membangun bunker itu dipaksa bekerja oleh tentara Jepang. Agustinus menjelaskan, orangtuanya tidak sanggup bekerja secara paksa sehingga melarikan diri ke Manggarai melalui jalan-jalan di hutan dari Nagekeo.
Menurut catatan KompasTravel, Pulau Flores bukan hanya keindahan alam, budaya, pantai dan pegunungan api tetapi keunikan goa-goa yang tersebar dari Kabupaten Manggarai Barat yang terkenal dengan Goa Istana Ular, Goa Batu Cermin. Dari sana kita menuju ke Kabupaten Manggarai yang terkenal dengan Goa Liang Bua, tempat hidup manusia Flores. Selain itu masih banyak goa-goa yang belum dipromosikan seperti goa tempat hidup burung kalong.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR