Warga Australia yang berperang bersama milisi kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS di Suriah dan Irak dianggap sebagai "ancaman keamanan nasional serius". Hal ini terungkap berdasarkan laporan baru Lowy Institute for International Policy. Meskipun demikian laporan tersebut menyebutkan bahwa reaksi pemerintah dapat membantu usaha mengurangi risiko sebuah serangan. Para milisi asing yang kembali ke negara asalnya juga diusulkan dapat dimasukkan ke dalam program deradikalisasi sebelum dipenjara. Sekitar 90 warga Australia diyakini pergi untuk berperang dengan ISIS. Paling tidak 20 orang dilaporkan tewas karena terlibat konflik. Pada 14 Februari 2015 silam, ayah seorang pria asal Melbourne mengatakan kepada media SBS bahwa dirinya diberitahu anak laki-lakinya tewas di Suriah. Namun, Kementerian Luar Negeri Australia tidak bisa memastikan laporan ini. Laporan yang ditulis Andrew Zammit, seorang peneliti pada Monash University, Melbourne, menyebutkan ancaman dari milisi yang pulang memerlukan diterapkannya "reaksi anti-terorisme yang luas, termasuk langkah-langkah tanpa kekerasan". Dia mengatakan Australia dapat belajar dari negara-negara Eropa.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR