Selama perang sipil mengoyak wilayah Bosnia dan sekitarnya pada tahun 1990-an, setidaknya lahir 21 pasang bayi kembar di kota Buzim, kota kecil di Bosnia.
Para ahli meyakini ada lebih dari 200 pasangan bayi kembar yang terpisah atau dilarikan oleh orang tuanya akibat perang saudara dan masalah kemiskinan.
Saat ini, Walikota Buzim akan menggelar semacam acara pertemuan tahunan untuk anak-anak kembar yang dianggapnya akan menjadi daya tarik turis untuk datang ke kota kecil itu.
Ide menggelar acara tersebut muncul dari seorang mantan guru dan wartawan, Nedzib Vucelj. Dia memiliki anak kembar yang lahir saat perang sipil mengoyak negaranya.
Nedzib kemudian teringat ketika bayi kembarnya lahir, dia kesulitan meminjam kereta bayi dari para tetangganya. Saat itu dia mendapat jawaban bahwa kereta bayi itu telah dipinjamkan kepada tetangga lainnya.
"Saat itulah saya menyadari betapa banyak anak kembar di sini," kata Vucelj, yang telah meluncurkan ide untuk menyebut Buzim sebagai "Kota Kembar".
Melalui Facebook
Dia kemudian melakukan semacam penelitian dan dia menemukan bahwa setidaknya ada 21 pasang bayi kembar lahir di kota itu selama perang sipil 1992-1995, seperti dilapporkan Kantor berita Reuters.
Kemungkinan ada banyak lagi bayi kembar yang lahir saat itu, mengingat tingkat perpindahan yang tinggi akibat kemiskinan dan pengangguran, katanya.
Walikota Buzim, Agan Bunic, kemudian menindaklanjuti ide Nedzib dengan berencana menggelar acara tahunan bertajuk "bayi kembar".
Kota kecil Buzim, yang terletak di wilayah barat laut Bosnia, berada di antara bukit-bukit hijau dan sungai, di mana kebanyakan penduduknya bekerja di perkebunan raspberry.
Sebagai acara pertama, Agan akan mengumpulkan para "bayi kembar" kelahiran Buzim yan telah menyebar di berbagai kota di Bosnia.
Untuk melacak "bayi kembar" asal Buzim, yang tersebar di seluruh dunia akibat perang sipil, Nedzib Vucelj telah meluncurkan laman Facebook berjudul "Buzim - The Town of Twins".
Sejauh ini, Vucelj mengaku telah berhasil melacak sekitar 200 pasangan bayi kembar asal Buzim.
Penulis | : | |
Editor | : | Ajeng |
KOMENTAR