Di awal maraknya perkembangan penelitian antariksa, yang pertama-tama dikirim ke luar angkasa bukan manusia, melainkan hewan.
Hewan-hewan itu diutus untuk menguji apakah kondisi antariksa aman untuk manusia melakukan misinya: mengulik dunia baru.
Atas dasar kekhawatiran para ilmuwan apakah udara akan mengalir keluar dari tubuh manusia saat berada di antariksa, tikus, monyet, ikan, reptil, kodok, serangga, anjing, dan juga tardigrada—hewan kecil berkaki delapan yang hidup di air dikirim untuk meneliti bagaimana dampak penerbangan luar angkasa bagi makhluk hidup. (Baca juga: Tardigrada dan Kekuatan Supernya)
Di awal bulan November 1957, peneliti dari Rusia mengirim seekor anjing bernama Laika ke luar angkasa. Dengan menggunakan pesawat kapsul Sputnik 2, Laika menjadi anjing pertama yang diutus ke luar Bumi.
Meski kapsul pesawat itu bertahan di luar angkasa selama lima bulan, Laika tidak dapat bertahan selama itu. Menurut laporan, ia hanya berhasil hidup hingga enam hari setelah pesawat kapsul diluncurkan.
Selanjutnya, pada tahun 1961 seekor simpanse bernama Ham dikirim keluar angkasa menggunakan roket Mercury-Redstone. Tiga bulan setelah penerbangan Ham, Alan Shepard juga turut meluncur, menjadikannya orang Amerika pertama yang pergi ke luar angkasa.
Setelah penerbangan Alan, sejumlah binatang lain kembali dikirim untuk penelitian. Di tahun 2003, sebanyak 60 spesies termasuk ikan, serangga, laba-laba, lebah, kecoak, bahkan cacing pita dikirim ke luar angkasa menggunakan pesawat Space Shuttle Columbia. Dari seluruh spesies tersebut, hanya cacing pita yang berhasil bertahan hidup.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR