Uruzonot anak-anak etnis Rohingya belum genap berusia dua tahun tampak gembira bermain bersama kakaknya Mohamad Riyas (3 tahun) di tempat pengungsian di Pelabuhan Kuala Langsa Aceh.
Sementara kakak tertua mereka Arizan Fatimah, 7 tahun, tak berhenti tersenyum setelah menerima pemberian rok berwarna pink bergambar putri dari film kartun Disney.
Ibu mereka Zuhrakhatun, 25 tahun, mengatakan sambil menatap lega, anak-anaknya tampak lebih gembira setelah sampai di Aceh.
"Anak-anak selalu menangis dan tidak nyaman," paparnya mengisahkan pengalaman di perjalanan dengan kapal yang membawa mereka dari Myanmar.
Diancam dibuang ke laut
Mereka bertolak dari Myanmar bulan lalu, untuk menyusul suaminya yang sejak dua tahun lalu bekerja di Malaysia. Selama dalam perjalanan dia mengaku anak-anaknya sering mendapatkan ancaman dari kru kapal.
"Kami tidak cukup makan dan minum. Dan ketika meminta makan, kapten mengancam akan membuang mereka ke laut."
Kapal mereka sempat ditolak masuk Angkatan Laut Indonesia dan Malaysia ketika masuk ke perbatasan kedua negara. Selama empat hari mereka terombang-ambing di lautan, dalam kapal yang disebutkan sudah ditinggal oleh kaptennya.
Kini mereka menempati sebuah gudang di pelabuhan yang dijadikan tempat pengungsian. Di depan gudang didirikan tenda untuk pos kesehatan.
Di dalam tenda tampak Rukiah Hatu (20 tahun) terus tersenyum setelah kembali bertemu dengan bayinya Muhamad Mahi yang berusia empat bulan, yang sempat hilang sejak semalam. Pada Jumat pagi, Rukiah sempat menangis histeris mencari anaknya.
Petugas posko kesehatan mengatakan Mahi sempat dibawa oleh penduduk ketika proses evakuasi terhadap pengungsi berlangsung sejak Jumat pagi.
Penjagaan tempat pengungsian pun tampak diperketat, untuk menghindari kejadian serupa.
Menurut data sementara pos pengungsian di Kota Langsa, jumlah anak-anak pengungsi mencapai 63 orang dan 76 perempuan.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR