Sejak 1924, tubuh Lenin terbaring di mausoleum di Krasnaya Ploshchad atau lebih dikenal dengan nama Lapangan Merah, di Moscow, Rusia.
Menurut Alexei Yurchak seorang profesor sosial antropologi di University of California, Berkeley, selama ini para peneliti berusaha untuk mempertahankan tak hanya bentuk muka Lenin, namun juga hal-hal yang tidak terlihat oleh orang lain: bentuk tumitnya, pigmentasi di sekitar ketiaknya, kekuatan rambut yang menempel di dadanya, bahkan kelenturan sendi-sendinya.
Sebenarnya, pada awal proses pengawetan, para ahli ini menghadapi kesulitan, karena dokter yang telah mengautopsi Lenin telah memotong arteri utama tubuhnya. Padahal, sirkulasi sistem yang masih utuh bisa mengantarkan cairan pembalsaman ke seluruh tubuh, yang amat membantu proses pengawetan.
Selanjutnya, para peneliti mengembangkan teknik mikroinjeksi, untuk menyebarkan cairan pengawet ke bagian tubuh tertentu, terutama tempat-tempat bekas tindakan autopsi, ungkap Yurchak.
Para ahli juga menciptakan dua lapis karet, untuk menjaga agar cairan pengawet menutupi tubuh Lenin selama dipertontonkan untuk publik. Di atas lapisan karet ini, barulah Lenin ditutupi oleh pakaian biasa.
Satu tahun sekali, tubuh Lenin dibenamkan dalam cairan berikut: gliserol, formaldehida, kalium asetat, alkohol, hidrogen peroksida, asam asetat, dan natrium asetat. Proses pengawetan ini memakan waktu sekitar satu setengah bulan.
Tak seperti proses pengawetan lain seperti mumifikasi misalnya, yang mengubah bentuk dan warna kulit dan bagian tubuh lain, tubuh Lenin yang tersisa tak akan membusuk, karena para ahli terus menerus memperbaiki dan mengawetkannya, suatu hal yang diakui oleh Yuschak sebagai pencapaian yang luar biasa.
Hasilkan Energi Melimpah dari Tenaga Angin, Skotlandia Siap Ekspor Hidrogen Besar-besaran
Penulis | : | |
Editor | : | Yoga Hastyadi Widiartanto |
KOMENTAR