Anda bisa bercerita banyak tentang seseorang dari cara mereka melepaskan baju.
Model biasanya punya jubah sutra yang akan menggelosor ke tanah, terjatuh ketika mereka memulai pose mereka.
Beberapa yang lain berjalan keluar kamar kecil telanjang bulat sambil berbasa basi dengan para peserta kelas seni. Beberapa lagi tak pernah melakukan kontak mata.
Saya ingat seorang yang berpose telanjang mencopot bajunya satu demi satu dan duduk menatap tajam kepada kami sepanjang satu jam penuh.
Saya menduga-duga, saat giliran saya tiba, bagaimana cara saya melepaskan baju? Seperti apa saya akan membuat tubuh saya yang berusia 40 tahun ini terpapar tanpa pakaian di sebuah ruangan penuh dengan orang asing.
Anda sendiri bagaimana?
Rekan saya yang juga turut berpose telanjang, baru saja meninggalkan panggung.
Muda, berjenggot dan penuh tato, ia melakukan high five kepada semua seniman ketika meninggalkan kelas.
Tak ada kesan yang saya tangkap bahwa ia seorang yang pemalu. Saya pergi ke kamar kecil.
Memakai bedak tipis sekali—cuma ini yang akan melapisi badan saya dalam 30 menit sesi saya nanti.
Bedak itu tak bisa menutupi semu merah yang berkembang di pipi saya demi melihat belahan dada saya (yang muncul apabila saya berpakaian lengkap).
Dan sekarang? Sekarang saya masuk ke ruang kelas di depan delapan orang laki-laki dan dua orang perempuan, berkata \'helo\' lalu menjatuhkan pakaian saya. Harus saya akui dengan sedikit rasa sesal yang sudah terlambat.
Saya adalah bagian dari eksperiman global yang dilakukan oleh seniman gambar Mike Perry: ia menyerukan kepada publik untuk \'Telanjang dan Digambar\' (Get Nude. Get Drawn).
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR