Selain hum, Bumi juga mengeluarkan suara misterius lain. Satu jenis suara yang sering dilaporkan adalah dentuman atau suara mirip bom saat gempa
R Mallet, dalam makalah berjudul Great Neapolitan Earthquake of 1875: The First Principles of Observational Seismology di Royal Society London pada tahun 1887 melaporkan bahwa gempa Neapolitan yang bermagnitudo 6,9 juga disertai oleh suara aneh, serupa gemuruh.
C Davidson dalam Earthquake Sounds di Bulletin of the Seismological Society of America pada tahun 1938 menyatakan, suara aneh sering terjadi saat gempa bermagnitudo kecil dan menengah.
Deskripsi suara itu, menurut Davison, sangat beragam. Mulai mirip dengan ledakan pada jarak yang jauh, serangan tank, batu dalam jumlah besar yang jatuh, gemuruh ombak lautan, drum yang ditabuh, dan banyak lagi.
Pakar tektonik Institut Teknologi Bandung (ITB), Irwan Meilano, mengungkapkan bahwa suara-suara itu juga pernah terjadi di Indonesia.
"Saat gempa Yogyakarta tahun 2006, saya juga mendengar suara-suara itu. Beberapa kali ke daerah lain yang mengalami gempa daratan, saya juga mendengar," ungkapnya pada Jumat (29/5) kemarin.
Terbaru, saat gempa di Yogyakarta 2 April 2014, situs Tribunnews.com juga melaporkan warga yang mendengar suara aneh saat gempa itu.
Irwan berpendapat, suara-suara yang terjadi saat gempa itu adalah hasil dari gerakan lempeng. "Biasanya terjadi pada gempa yang magnitudo-nya kecil dan pusat gempanya dangkal, sekitar 1 sampai 2 kilometer," jelasnya.
Gelombang yang dihasilkan oleh gerakan lempeng merambat ke permukaan tanah. Karena dangkal, rambatan gelombang itu mampu menggoyang permukaan tanah.
"Permukaan tanah yang bergoyang itu lalu menggetarkan udara di sekitarnya. Suara yang kita dengar sebenarnya adalah akibat dari permukaan tanah yang menggetarkan udara itu," urai doktor lulusan Jepang ini.
Tim United States Geological Survey (USGS) juga pernah menyelidiki suara saat gempa itu pada tahun 1975 di Imperial Valley, California. Mereka merekam sinyal seismik dan akustik.
Riset menemukan bahwa gempa dengan magnitudo 2 - 2,8 mampu menghasilkan suara dengan frekuensi 40 - 70 Hz. Riset peneliti lain yang dilakukan di Pyrenee, Perancis, juga mendapatkan hasil yang serupa dengan USGS.
Suara akibat gerakan lempeng itu tak selalu terdengar, tergantung juga pada polusi suara di wilayah sekitar.
Apakah suara aneh itu bisa menjadi sinyal sebuah gempa datang? Irwan mengungkapkan, "Suara-suara itu biasanya hanya menyertai gempa kecil dan dangkal. Gempa besar biasanya tidak. Gempa dengan episentrum yang dalam juga tidak menghasilkan suara itu," katanya.
Tak cuma saat gempa, suara mirip bom pun terdengar sebelum tsunami Aceh pada tahun 2004. Apa sebabnya? Simak di artikel berikutnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR