Terutama tentang orang-orang Eropa yang mengubah sistem ekonomi masyarakat Banyasin, Palembang yang tradisional. "Pengenalan ekonomi jenis baru yang dulu jarang mereka kenal, yakni ekonomi uang (sebelumnya berupa sistem barter)," imbuhnya.
Sebelum pembukaan onderneming karet di Onderafdeeling Banjoeasin en Koeboestrekken, masyarakat sudah melakkukan penanaman karet yang diproduksi secara tradisonal, karet rakyat.
Para pengusaha Eropa memperoleh kemudahan akibat adanya pemberian konsesi terhadap tanah-tanah erfpacht, tanah-tanah yang dapat dikelolah dengan sistem sewa selama 75 tahun. Inilah yang membuka jalan berdirinya Onderafdeeling Banjoeasin en Koeboestrekken.
"Kehadiran perkebunan modern Belanda dianggap tidak mengganggu tatanan produksi karet tradisional. Sebaliknya, justru memunculkan kapitalis ekonomi di Keresidenan Palembang," tulis Zubir.
Masyarakat dari sana mengenal akan adanya mesin-mesin industri yang modern dan canggih, meskipun tidak menutup kemungkinan, bahwa sebagian masyarakatnya masih tetap bertahan dengan pola produksi karet secara tradisional.
Baca Juga: Kelapa Sawit Bukan Satu-satunya Penyebab Hilangnya Hutan di Indonesia
"Perkebunan besar tersebut, selain membangun empalsemen (sarana infrastruktur pabrik), pabrik pengolahan hasil perkebunan, mereka juga membangun fasilitas perumahan bagi administrator dan staf, serta kantor." sambungnya.
Kemudian, di sekitar pabrik juga dibangun fasilitas untuk memenuhi keperluan orang Eropa seperti gereja dan rumah sakit. Sedangkan, untuk menampung keperluan masyarakat, diciptakan pasar musiman setiap hari gajian yang selanjutnya berkembang pesat hingga dibuatkan pasar khusus.
"Hal itu turut mendorong masyarakat di sekitar maupun luar wilayah Onderafdeeling Banjoeasin en Koeboestrekken, untuk datang berbelanja atau membuka usaha di berbagai kegiatan," jelasnya.
Masyarakat mendirikan usaha, seperti membuka usaha pengolahan hasil serta industri pedesaan lain, maupun membuka warung dan pelayanan masyarakat, seperti bengkel grobag (untuk industri) dan jasa lainnya.
Baca Juga: Memulihkan Kembali Tambang-tambang Timah Bangka Usai Eksploitasi
Halaman berikutnya...
Source | : | Jurnal Penelitian Sejarah dan Budaya |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR