Ketika Yesus Kristus lahir, ada sebuah benda langit yang menuntun para Majus bergerak ke timur. Obyek langit yang terang tersebut kemudian kerap disebut sebagai bintang Bethlehem.
Selama ratusan tahun, para astronom berusaha memecahkan misteri bintang Bethlehem, menguak identitas sang bintang. Sejumlah astronom mengungkapkan bahwa bintang Bethlehem sejatinya adalah dua planet yang mengalami konjungsi, begitu dekat sehingga tampak sebagai satu obyek.
William Bidelman dari Case Western Reserve University dalam publikasinya di jurnal The Planetarium pada tahun 1991 menyatakan bahwa Venus dan Jupiter yang berkonjungsi pada abad ke 2 dan 3 Sebelum Masehi bisa jadi merupakan bintang Bethlehem.
Fred Schaff, seorang astronom, juga mengungkapkan hal yang sama dalam publikasinya di majalah Omni pada Oktober 1991.
Rabu (1/7) petang nanti, Venus dan Jupiter akan tampak begitu dekat, kembali mengalami kongungsi.
"Beberapa kalangan memang menyebut konjungsi ini sebagai munculnya kembali bintang Betlehem di abad ini," kata Mutoha Arkanuddin, pembina Jogja Astro Club (JAC).
Jarak Venus dan Jupiter petang nanti hanya 0,3 derajat. Jarak ini hanya sedikit lebih jauh dari jarak Venus dan Jupiter pada waktu bintang Bethlehem diperkirakan tampak, yaitu sebesar 0,2 derajat.
"Kita beruntung karena pas (bisa melihat) konjungsi Venus dan Jupiter (pada jarak) benar-benar paling dekat, beda dengan di Amerika Serikat, mereka melihatnya justru posisi masih belum terdekat," jelas Mutoha saat dihubungi, Rabu (1/7).
Untuk melihat "bintang Bethlehem": abad ini itu, caranya cukup mudah. Arahkan saja pandangan ke arah barat tepat setelah Matahari terbenam alias waktu buka puasa nanti. Venus dan Jupiter akan tampak begitu terang, dengan magnitudo masing-masing sekitar -3,63 dan - 0,83. Konjungsi bisa diamati hingga sekitar pukul 20.00 WIB.
Fenomena ini pasti bisa disaksikan dari seluruh wilayah Indonesia. "Asalnya langit cerah," kata Mutoha. Venus dan Jupiter memang terus mengalami konjungsi. Namun konjungsi sedekat malam ini, hmm, harus menunggu waktu lama untuk bisa menyaksikannya lagi.
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR