Tjujun mengatakan, beberapa upaya yang dilakukan untuk menekan angka kekeringan adalah membagikan 50 pompa air ke sejumlah kelompok tani. Oleh karena keterbatasan pompa air, Dinpertanbunhut Banyumas meminta kelompok tani yang belum mendapatkan pompa air meminjam kepada kelompok tani lain.
Kekeringan tahun ini, kata Tjutjun, diperparah dengan mengeringnya beberapa embung air. "Petani semakin sulit dapat air, padahal saat ini usia tanaman padi baru berumur 40 hari. Kondisi ini bisa menyebabkan puso," katanya.
Saat ini luas areal sawah di Banyumas mencapai 34.000 hektar, dengan hasil panen sekitar 5,9 ton per hektar. Dengan kekeringan yang melanda 700 hektar itu, sekitar 4.130 ton padi terancam hilang.
!break!Wasirun (44), petani Desa Sawangan, Kecamatan Ajibarang, mengatakan, sebagian besar petani di desanya kini mulai memanfaatkan pompa air untuk mengalirkan air ke areal persawahan desa setempat.
"Kami baru menanam padi. Usia padi sekitar 30 hari. Jika dalam seminggu tidak kena air sama sekali, bisa gagal panen," ujar penggarap sawah seluas 1.000 meter persegi itu.
Sementara di Kebumen, warga 61 desa dari 17 kecamatan di Kabupaten Kebumen mengajukan permintaan penyaluran air bersih kepada pemerintah setempat. Sebagian besar wilayah yang dilanda kekeringan berada di areal perbukitan kapur.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kebumen Eko Widianto mengatakan, pihaknya mulai mengambil langkah antisipatif menghadapi musim kemarau yang mengakibatkan sejumlah daerah mengalami kesulitan air bersih.
"Kami sudah mengecek langsung ke lapangan dan mulai mendistribusikan bantuan air bersih kepada masyarakat yang masuk dalam data status darurat kekeringan," katanya.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR