Nationalgeographic.co.id—Sorang pendeta di Jerman, dengan kasihnya, menyelamatkan nyawa seorang bocah mungil berusia 4 tahun yang hampir terseret arus sungai, hanyut dan mungkin akan tewas tenggelam.
Potongan surat kabar, Danube, ditemukan pada Januari 1894, melaporkan kejadian sejumlah kasus anak yang terseret arus sungai di Passau, Jerman. Sungai es di Passau memang dikenal ramai dengan anak-anak yang bermain disana.
"Pernyataan surat kabar Danube juga diperkuat oleh kisah pendeta Max Tremmel, yang mengisahkan pendahulunya, telah menyelamatkan nyawa seorang bocah berusia 4 tahun yang menggigil kedinginan dan ketakutan," tulis Hall.
Allan Hall menulis kepada Daily Mail (UK), dalam artikelnya berjudul Revealed: The Priest Who Changed The Course of History, by Rescuing a Drowning Four-Year-Old Hitler from Death in an Icy River, publish pada 2012.
"Saat itu, pendeta Johann Kuehberger (pendahulu pendeta Tremmel) terlibat dalam penyelamatan kepada bocah berusia 4 tahun yang kehilangan kendali dan hampir hanyut terbawa arus sungai," tambahnya.
Kuehberger muda melihat bocah itu tengah kesulitan dan berjuang ditengah derasnya arus sungai Passau yang sangat dingin, layaknya es. Ia kemudian menyelam mendekati bocah itu, bersusah payah menarik tubuhnya keluar dari arus. Kuehberger menyelamatkannya!
"Pendeta Kuehberger yang baik itu, telah menyelamatkan seorang anak tak berdosa yang kemudian menjadi momok paling mengerikan sepanjang sejarah umat manusia, Adolf Hitler!," lanjut Hall.
Halaman berikutnya...
Sejarah mencatat, Hitler kecil hidup bersama keluarganya di Passau, sekitar tahun 1892 hingga 1894. Adolf Hitler lahir di Austria sebelum akhirnya menetap di Passau. Passau membuatnya mendapatkan aksen Jermannya, meskipun ia berasal dari Austria.
Kisah tenggelamnya Hitler juga ditampilkan dalam sebuah buku berjudul Out of Passau-Leaving a City Hitler Called Home karangan Anna Elisabeth Rosmus, terbitan 2014. "Tepian River Inn menyediakan tempat yang indah bagi anak-anak untuk bermain," tulis Rosmus.
"Pada tahun 1894, saat bermain tag dengan sekelompok anak-anak lain, seperti yang dilakukan banyak anak di Passau hingga hari ini, Adolf kecil mengalami kecelakaan, ia jatuh ke sungai," tambahnya.
"Beruntung bagi Adolf kecil, seseorang (diduga pendeta Kuehberger) dapat menariknya keluar tepat waktu, sebelum terseret arus dan menyelamatkan hidupnya," lanjutnya.
Baca Juga: Führerbunker, Tempat Persembunyian Terakhir sang Diktator Nazi
Rosmus menyingkap kisah masa kecil Adolf Hitler berdasarkan kisah-kisah penduduk lokal di Passau yang hidup berdampingan dengan Adolf kecil. "Semua orang tahu bahwa dia tidak pernah belajar berenang (tidak bisa berenang)," ungkapnya.
Para penduduk setempat di Passau juga meyakini bahwa bocah yang hampir hanyut terseret sungai es Passau adalah Adolf Hitler.
Pendeta Kuehberger dengan nuraninya, menggerakkan dirinya untuk menarik keluar tubuh mungil Adolf. Ternyata sikap kasihnya, berujung pada kehancuran dunia, sebagaimana sejarah mencatat sejumlah keganasannya.
Baca Juga: Kesaksian Seorang Bocah Yahudi yang Bertetangga dengan Hitler
"Tak dapat disalahkan, tindakan Kuehberger atas dasar kemanusiaan, dan ia berhak atas balasan kebaikan yang diterimanya karena telah menyelamatkan nyawa seseorang," sambung Allan Hall.
Saat pendeta itu menyelamatkan satu nyawa, Hitler menghilangkan jutaan nyawa. Dilansir dari Hawaii.edu, artikel berjudul Democide: Nazi Genocide and Mass Murder, bahwa Hitler yang memimpin Nazi, telah membunuh sekitar 31.595.000 jiwa.
Kemungkinan besar, Adolf Hitler telah menghapus insiden itu dari hidupnya, kenyataan bahwa diselamatkan oleh seorang pemuda yang kemudian menjadi pendeta, mewakili agama yang ia benci dan ditumpasnya.
"Adolf lebih cenderung berkisah tentang usia remajanya, bahwa ia lebih banyak menghabiskan waktu untuk menyelamatkan anak-anak yang hampir hanyut terseret derasnya arus sungai," pungkas Allan Hall.
Baca Juga: Seorang Guru Sejarah Menemukan Tempat Penyimpanan Rahasia Artefak Nazi
Source | : | Daily Mail,hawaii.edu |
Penulis | : | Galih Pranata |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR