Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Autism and Developmental Disorders memberikan penjelasan tentang korelasi antara sifat autis dan proses berpikir kreatif yang tidak biasa.
“Orang-orang yang memiliki sifat autis tinggi terlihat berpikir ‘out of the box’,” kata Dr. Martin Doherty, psikologi di University of East Anglia sekaligus penulis utama jurnal ilmiah.
Penelitian yang dilakukan oleh para psikologi dari University of East Anglia dan University of Stirling menunjukkan, sementara sebagian besar orang terlibat dalam proses pemecahan masalah yang sudah dapat diprediksi, individu dengan autisme justru memilih model pemikiran pendukung strategi yang menghasilkan sedikit ide, namun lebih orisinil.
Melihat dari sudut pandang berbeda
Peneliti merekrut 312 partisipan dalam penelitian in. Dimana 75 orang partisipan didiagnosis mengidap autisme,dan beberapa di antara yang lain memiliki sifat autis tinggi meski tanpa diagnosa resmi.
Kemudian partisipan mengikuti tes kenggunaan alternatif, dimana mereka diminta untuk memikirkan kemungkinan kegunaan dari benda sehari-hari, semisal batu bata atau klip kertas. Tes ini biasanya digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir divergen; gaya berpikir dimana ide-ide kreatif dihasilkan dari eksplorasi sebanyak mungkin solusi dari satu masalah. Jawaban mereka dinilai berdasakan keunikan, ketelitian dan jumlah.
Sama seperti penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa orang dengan autisme cenderung memiliki skor rendah pada tes divergen, hasil penelitian kali ini juga menunjukkan bahwa partisipan dengan autisme menghasilkan jumlah solusi yang lebih sedikit. Namun, solusi yang mereka pikirkan benar-benar tidak biasa, dan cenderung melampaui solusi kebanyakan.
Mengapa orang-orang dengan autism atau sifat autis tinggi dapat mencapai pemecahan masalah dengan cara yang berbeda?
“Orang dengan autisme dapat dikatakan kurang dalam hal kuantitas namun sangat baik dalam hal kualitas ide kreatif,” kata Doherty dalam pernyataan tertulis.
“Mereka sering dianggap kaku dalam pemikiran, padahal faktanya ide-ide mereka justru tak biasa, jarang, dan sering kali mengejutkan,” tambahnya.
Pada tes berpikir divergen, orang-orang tanpa autisme cenderung menghasilkan ide-ide yang dapat diprediksi, karena berdasarkan pada berpikir asosiasi dan memori. Sedangkan individu dengan autisme, tampaknya langsung melompat ke strategi kognitif yang lebih kompleks, benar-benar melewati jawaban yang umum.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR