Selain dua badak Sumatra betina yang ditangkap pada tahun 2011 dan 2014 untuk program penangkaran, badak Sumatra tak pernah terlihat lagi di Malaysia sejak tahun 2007. Para ilmuwan menegaskan bahwa hewan tersebut telah punah di alam liar Malaysia.
Kesimpulan menyedihkan tersebut didokumentasikan dalam jurnal Oryx oleh tim ilmuwan dari bagian Pusat Makroekologi, Evolusi dan Iklim Universitas Copenhagen.
Menurut para ilmuwan inilah gambaran suram tentang kelangsungan hidup badak Sumatra. Dulu, badak Sumatra tersebar di banyak daerah di Asia Tenggara, namun saat ini jumlahnya menyusut hingga hanya tersisa 100 ekor di alam liar Indonesia dan 9 lainnya hidup di penangkaran.
Fokus ke badak yang tersisa
Para peneliti memberikan sejumlah saran untuk meningkatkan perlindungan untuk badak. Di antaranya dengan membuat "zona manajemen", dimana badak dipindahkan ke zona dengan peningkatan perlindungan bagi hewan.
Sembilan badak di penangkaran yang tersebar di beberapa tempat penangkaran. Satu berada di Kebun Binatang Cincinnati di Amerika Serikat, namun akan segera dipindahkan ke Indonesia. Tiga berada di Sabah, Malaysia dan lima sisanya berada dalam perlindungan badak di Sumatera, Indonesia. Diharapkan bahwa badak yang berada di Sabah akan mampu menghasilkan embrio melalui fertilisasi in vitro.
"Upaya serius oleh pemerintah Indonesia harus dilakukan untuk memperkuat perlindungan badak dengan membuat Zona Perlindungan Intensif, survei intensif habitat saat ini, manajemen habitat, penangkaran, dan memobilisasi sumber daya nasional serta dukungan dari pemerintah daerah terkait dan pemangku kepentingan lainnya," kata Widodo Ramono, penulis kedua dalam penelitian tersebut sekaligus direktur Yayasan Badak Indonesia.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR