Data yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), pada Kamis (27/8), menunjukkan saat ini ada 178 titik api tersebar di Sumatera.
Sebagian besar berada di Sumatera Selatan dengan 80 titik api, dan Jambi dengan 69 titik api. Lainnya, ada 10 titik api di Bangka Belitung dan lima titik api di Riau.
Sementara itu, meski di Riau tak banyak terdapat titik api, namun jarak pandang di sana cukup pendek.
Data yang diberikan oleh Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, menunjukkan jarak pandang di Pekanbaru tercatat 1 kilometer, Rengat 3 km, Pelalawan 2 km, dan Dumai 4 km.
Penyebabnya, asap yang terutama berasal dari wilayah Jambi terbawa oleh angin ke utara.
"Kebakaran hutan dan lahan Jambi dan Sumatera Selatan sudah berlangsung sekitar dua minggu terus menerus. Terbawa ke Riau, Kepulauan Riau, dan berpotensi menyebar ke wilayah lainnya," kata Sutopo kepada BBC Indonesia.
Menurut Sutopo, meskipun cukup banyak titik panas dan asap juga cukup tebal di Jambi, belum ada permintaan ke BNPB untuk melakukan waterbombing atau pengguyuran air, maupun hujan buatan.
Ini karena di wilayah-wilayah itu masih tidak diberlakukan status darurat kabut asap. Tanpa status darurat asap, upaya pemadaman waterbombing maupun hujan buatan tidak bisa dilakukan. Dan penanggulangan hanyan bisa dilakukan dari darat.
"Artinya lahannya masih dibakar terus, upaya pemadaman hanya bisa dilakukan dari darat," kata Sutopo.
"Padahal lokasi kebakaran di tengah hutan atau aksesnya sulit dijangkau dari darat. Satu-satunya (upaya pemadaman efektif) hanya dari udara dengan pengeboman air dan hujan buatan," kata Sutopo pula.
Menurutnya, di bandara Sutan Thaha, Jambi, Kamis (27/8) pagi ini, jarak pandang berkisar antara 1-2 kilometer.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jambi, Okta Irawan, mengatakan bahwa jarak pandang di Jambi berkisar antara 500-3500 meter, tapi tak pernah lebih tinggi dari 5000 meter, sementara jarak pandang yang normal adalah 10 kilometer.
"Pada pagi hari sempat drop sampai 500 meter. Secara visual, kita sangat terganggu. Kita bisa melihat kekeruhan udaranya," kata Okta Irawan.
Kondisi pada Kamis (27/8) pagi, tercatat ada 88 titik api, namun di sore hari pada jam 16:00 WIB, tak terlihat ada titik api.
Penurunan jumlah titik api bisa terjadi jika ada hujan dengan intensitas sedang sampai lebat.
Masalahnya, menurut pemantauan BMKG Jambi, sampai seminggu ke depan peluang turunya hujan sangat kecil. Sehingga tanpa pemadaman terus-menerus, jumlah hutan yang terbakar akan terus berfluktuasi.
Kabut asap sempat, sebagaimana biasa, juga mengganggu jadwal penerbangan.
Pada Rabu (26/8), petugas di bandara Sutan Thaha Jambi melaporkan bahwa setidaknya ada 10 penerbangan dari dan menuju Jambi yang terpaksa ditunda.
Selain penerbangan, Dinas Perhubungan dan Informatika Kabupaten Tanjungjabung Timur, Jambi, juga sudah mengeluarkan surat edaran kepada seluruh nelayan dan kapal motor menghentikan pelayaran terkait semakin tebalnya kabut asap.
Upaya pemadaman kebakaran hutan dan lahan masih berlangsung dengan mengerahkan delapan helikopter untuk pengeboman air di Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah.
Sedangkan hujan buatan juga digelar di tiga lokasi, yaitu Riau, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat.
Penulis | : | |
Editor | : | Aris |
KOMENTAR