Ikan yang ditemukan oleh nelayan di Laut Banda ternyata tak semisterius yang diduga. Jenis itu melimpah di perairan Indonesia dan dunia.
Diberitakan Kompas.com pada Senin (28/9/2015), nelayan warga Desa Kampung Baru, Kecamatan Banda, menangkap seekor ikan misterius saat sedang mencari ikan di perairan Pulau Pisang.
Ikan tersebut berwarna oranye, berduri, bersisik keras, dan penampakannya unik. Ikan itu mirip dengan hiu, tetapi tak punya gigi, punya enam sirip, mulutnya besar dan berjanggut, serta bagian ekornya mirip ekor buaya atau ikan pari.
"Beta (saya) kaget waktu menangkap ikan itu karena wajah ikan itu mirip pesawat tempur, sedangkan badannya seperti ikan hiu dan ekornya seperti buaya," kata La Erna, nelayan yang menangkap ikan itu.
Dihubungi Selasa (29/9), peneliti ikan laut dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Fahmi, menuturkan bahwa ikan tersebut sebenarnya sudah dikenal.
Fahmi mengungkapkan, ikan itu masuk golongan Peristediidae. "Ciri utamanya berkulit keras, bagian moncong utamanya ada semacam rostrum yang ke depan seperti tanduk, di bagian rahang ada semacam rumbai," katanya.
Secara umum, ikan itu dikenal dengan istilah armoured sea robin. Menurut Fahmi, belum ada istilah lokal untuk ikan itu sebab memang jarang tertangkap nelayan.
Meski golongan ikannya mudah diketahui, masih sulit untuk memastikan jenis ikannya. "Untuk tingkat spesies harus dihitung dulu duri sirip punggung, jumlah sisik, dan lainnya," jelas Fahmi.
Ada banyak jenis armoured sea robin yang terdapat di Indonesia. Salah satu jenis adalah robust armoured sea robin Satyrichthys welchi. Jenis itu banyak terdapat di perairan Indonesia tengah dan timur serta Australia.
Jenis lain adalah bearded armoured searobin (Peristedion barbiger), armoured gournard (Peristidion lyorhynchus). Ada lebih banyak lagi.
Yang jelas, kata Fahmi, ikan yang ditemukan di Laut Banda adalah jenis ikan laut dalam. Jenis itu bisa hidup di kedalaman lebih dari 250 meter.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR