Oktober tahun lalu, kelompok pendaki Fit@Fifty atau para pendaki yang berusia di atas 50 tahun menjajakkan kakinya ke Sirkuit Annapurna untuk mendaki Chulu West (6.419 mdpl) dan Cartensz Pyramid (4.884 mdpl) pada Juni 2015. Hal tersebut merupakan pencapaian yang luar biasa mengingat usia mereka tak lagi muda.
Fit@Fifty adalah sebuah kelompok pendaki yang dulunya pernah aktif sebagai mahasiswa pecinta alam Universitas Indonesia yang kini berusia di atas 50 tahun. Dengan melakukan pendakian, saat-saat itulah mereka bernostalgia. Mulai terbentuk tahun 2006, Fit@Fifty rutin melakukan pendakian ke Gunung Gede. Kurang puas hanya menjajakkan kaki di Gunung Gede, Fit@Fifty melakukan pendakian ke Everst Base Camp, Kalimanjaro, Semeru, dan Rinjani.
Saat itu Fit@Fifty berangkat 3 Oktober lalu dan berencana naik ke puncak Chulu West (6.419 mdpl) dan Annapurna Circuit. Mereka tiba di base camp Chulu pada (11/10) dan melakukan aklimatisasi. Saat naik ke high camp di ketinggian 5.300 mdpl pada (13/10), hujan salju mulai turun pada petang hari. Padahal, sepanjang pekan sebelumnya cuaca selalu cerah.
Perubahan cuaca membatalkan rencana mereka, dan sherpa pendakian pun memutuskan untuk membatalkan rencana dan turun ke Letdar di ketinggian 4.200 mdpl dengan kondisi whiteout (jarak pandang berkurang karena salju).
Hal itu bisa dibilang Fit@Fifty bersyukur selamat melakukan pendakian. Bagaimana tidak, cuaca di Annapurna tidak dapat diprediksi. Mulai dari cuaca cerah, dan tiba-tiba dapat berubah menjadi hujan salju dan menjadi badai. Bahkan pemerintah Nepal memperingatkan badai salju terseut merupakan bencana nasional. Bahkan Fit@Fifty melakukan evakuasi menggunakan helikopter karena cuaca badai salju yang sangat tinggi pada (17/10).
Nonton bareng video pendakian ke Annapurna dan Cartensz Pyramid
"Saat melakukan pendakian saya selalu bilang, ini pendakian terakhir dan tidak mau kembali lagi"
Sabtu, (21/10/2015) lalu, Fit@Fifty menggelar nonton bareng video pendakian ke Annapurna dan Cartensz Pyramid di Sekretariat Mapala, Pusgiwa UI. Pendaki muda dan senior pun berkumpul bersama untuk menyaksikan pemutaran video pendakian tersebut.
Pemutaran video pendakian ke Annapurna lah yang pertama diputar. Diawali dengan cuplikan sepuluh pendaki saat tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta bersama para keluarga, tiba di Napal dan melakukan persiapan pendakian, hingga proses pendakian menuju Chulu West, juga proses evakuasi.
“Saat melakukan pendakian saya selalu bilang, ini pendakian terakhir dan tidak mau kembali lagi. Tetapi saat tiba mencapai puncak, kami semua kembali merencakan perjalanan lagi,” ungkap Ade Rahmat (55) saat ditemui di Sekretariat Mapala, Pusgiwa UI.
Lain halnya dengan Ari Nugroho (55) mengatakan bahwa pada saat badai salju yang dia pikirkan hanyalah turun agar Fit@Fifty selamat, “rasa takut dan dingin sudah kami lawan semua karena pada saat itu posisi kita berada ditengah antara tebing yang bisa saja terjadi longsor,” ujarnya.
Dalam video yang ditayangkan, hujan salju terus menerus mengguyur para pendaki. Tenda yang dijadikan tempat berteduh pun terus tertimpa, bahkan salju menenggelamkan tenda hingga setengah meter. “Tiap beberapa jam, tenda kami selalu di ‘tepok-tepok’ oleh porter agar salju tujun,” tambah Ari.
Menurut Ari, saat turun salju semua yang dilihatnya berwarna putih. Sudah tak terlihat mana turunan dan tanjakan karena semuanya telah tertutup oleh salju, “itulah yang kami khawatirkan saat salju mulai menutupi semuanya,” tutupnya.
Selanjutnya Fit@Fifty berencana melakukan pendakian ke Gunung Elbrus yang terletak di Rusia dan memiliki ketinggian 5.642 mdpl.
Hasilkan Energi Melimpah dari Tenaga Angin, Skotlandia Siap Ekspor Hidrogen Besar-besaran
Penulis | : | |
Editor | : | Puri |
KOMENTAR