Nationalgeographic.co.id—Di Jepang kuno, samurai menggunakan berbagai persenjataan selain pedang, busur, dan tombak. Senjata-senjata ini digunakan di tempat-tempat di mana pedang tidak boleh dibawa untuk mempertahankan diri. Salah satu benda paling menarik yang lambat laun dijadikan sebagai senjata adalah sensu, kipas lipat Jepang.
Kipas tangan dianggap sebagai aksesori mode penting di Jepang, terutama bagi mereka yang termasuk dalam kelas samurai dan chonin. Digunakan oleh bangsawan Jepang sejak abad ke-6, benda ini praktis digunakan untuk menghalau sengatan matahari. Juga dianggap sebagai barang mewah dan hanya bangsawan, pedagang kaya, dan samurai yang mampu membeli sensu. Maka tidak heran jika sensu merupakan simbol status pada waktu itu.
Versi paling awal dari sensu adalah kipas Hinoki. Kipas Hinoki terbuat dari potongan tipis kayu cemara Jepang Hinoki. Bertahun-tahun kemudian, kipas lipat berkembang dan menjadi lebih elegan. Pengrajin Jepang kemudian mulai melukis dan menaburkan kertas perak dan emas di permukaan kipas. Kipas yang dihias dengan puisi, lukisan, dan tulisan religi dinilai sebagai hadiah yang tak terlupakan.
Selama abad ke-7, sensu menjadi elemen penting dari etiket istana. Para samurai, terutama yang berpangkat tinggi, dituntut untuk mengetahui cara membawa dan memegang sensu. Kipas ini dibawa selama pertemuan sosial.
Di abad ke-13, Jepang mulai mengekspor kipas lipat ke Cina. Tren mode kemudian mencapai Eropa. Para pekerja dinasti Bourbon Prancis menganggap sensu sebagai barang yang sangat berharga pada waktu itu.
Wanita Jepang menggunakan sensu untuk menyembunyikan ekspresi tidak sopan dan juga sebagai alat untuk merayu. Sensu yang dibentangkan digunakan untuk menyembunyikan perilaku yang dianggap menyinggung secara sosial. Seperti untuk menutup mulut saat mengunyah makanan atau tertawa.
Halaman berikutnya...
Source | : | ancient origins |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR