Jika berkunjung ke SD Muhammadiyah Gantung di Desa Lenggang, Kecamatan Gantung, Belitung Timur, Kepulauan Bangka Belitung, mampirlah ke Galeri Lukis Laskar Pelangi.
Di sana berkarya seorang pelukis yang menyebut diri \'pelukis dari belakang\', Sukino. Media yang digunakan Sukino untuk menorehkan kuas bisa beragam, ada kaca, plastik, hingga arcrylic (semacam plastik tebal yang bening), yang penting syaratnya satu, transparan.
Mengapa harus transparan? "Saya melukis dari belakang (kaca), nanti gambarnya dilihat dari sisi depan," jelasnya.
Dengan cara ini, Sukino harus membalik metode lukisnya. Jika pelukis kanvas biasanya melukis latar belakang dulu baru objek utama, Sukino harus melukis objek utama dulu baru latar belakangnya. Keunikan karya Sukino adalah gambar terlihat seperti kartu tiga dimensi.
Selain itu karena dilukis di sisi belakang media lukis, sisi depannya ramah disentuh dan tak akan merusak lukisan. Beberapa lukisannya bahkan ia kreasikan dengan lukisan dari dua sisi, depan dan belakang.
Pertama ia lukis latar belakang dari sisi belakang, lalu ia tambahkan lagi objek utama di sisi depan lukisan. Dengan cara ini gambar tampak lebih berdimensi.
Sukino mengaku sebagai orang pertama dan satu-satunya yang melukis dengan cara seperti ini di Belitung. Ia menemukan ide ini tahun 80-an, secara tak sengaja. "Waktu itu aku coba lukis kaca, eh ternyata bisa, ya sudah latih-latih," kisahnya.
Pria lulusan SD ini harus melakukan percobaan ratusan kali hingga berhasil mendapat \'rasa\' melukis dari belakang. Biasanya ia berlatih menggunakan plastik, karena lebih murah. "Paling lama aku (berlatih) bikin bayangan di air, sudah (lukisan) keseratus baru jelas dia," kisah Sukino.!break!
Ia bahkan pernah menerima tantangan melukis dari belakang tanpa sedikitpun melihat prosesnya dari sisi depan. Ia benar-benar hanya menggunakan \'feeling\' dalam menorehkan kuasnya. "Pokoknya aku coba-cona saja bang, dicoba-coba, enak rasanya," canda Sukino.
Hasil karya itu kemudian ia perlihatkan pada orang lain setelah usai. Jadi yang pertama menikmati karyanya justru orang lain, bukan dirinya sendiri.
Setelah sempat berhenti beberapa tahun, sudah empat bulan ini Sukino membuka tempat praktik di Galeri Lukis Laskar Pelangi. Setiap karyanya besar-kecil dihargai sama, Rp 150.000. Ia siap menerima berbagai pesanan lukisan pemandangan.
Berbekal kuas dan cat Kuda Terbangnya, aneka pemandangan Belitung akan ia gurat dalam sehari. "Kalau lukis wajah belum berani aku bang," ungkap laki-laki berusia 50-an ini.
Sukino berharap karyanya dapat menginspirasi orang untuk terus berkarya. Baginya seni bukan tentang uang tapi tentang ekspresi, karena itu ia tak banyak berbelit soal menentukan harga.
"Yang penting tempat ini bisa jadi ruang teman-teman berkarya. Itu saja," pesannya menutup obrolan.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR