Paus pilot dan ikan sebelah umumnya hidup terpisah. Tetapi, ketika paus mencoba memangsanya, terjadi pertarungan yang mengakibatkan kematian. Paus menderita sesak napas, saat ikan sebelah terperangkap dalam lubang pernapasan (blowholes) paus, ikan sebelah meronta meminta jalan keluar dari paus.
Peristiwa berlangsung pada bulan November 2014, ketika sekumpulan paus pilot (Globicephala melas) bersirip panjang yang biasanya ditemukan di Atlantik Utara (di perairan lepas pantai dalam dan di sepanjang landas tepi benua) terlihat hanya beberapa ratus meter dari lepas pantai Belgia dan Inggris timur.
Mereka lenyap sesaat, tetapi enam minggu kemudian paus pilot ditemukan membusuk dan terdampar di pantai Belanda.
Lonneke IJsseldijk, seorang peneliti post-mortem di fakultas kedokteran hewan dari Universitas Utrecht di Belanda, meneliti ikan paus yang ditemukan. Ia dengan heran mengumumkan penyebab kematian paus tersebut adalah karena ikan sebelah (Solea solea) terjebak di lubang sembur, organ di mana paus bernafas.
Tiga minggu kemudian, ikan paus mati lain muncul lagi, "Ketika aku sampai ke pantai kedua kalinya, saya melihat ekor ini mencuat dari lubang sembur dan “saya pikir itu tidak mungkin !\'"
!break!Menu Makanan yang Tidak Biasa
Paus pilot memakan cumi-cumi dan spesies sejenis lainnya, tetapi IJsseldijk berpikir mereka terpaksa mengubah menu makanan mereka saat mengunjungi perairan dangkal.
Satu-satunya yang umum pada perairan ini adalah ikan sebelah, namun bagaimanapun ini merupakan pilihan yang malang. Ikan sebelah memiliki tubuh yang fleksibel, yang dapat menggulung ke segala arah, serta keterampilan akrobatik.
IJsseldijk berpikir ketangkasan mereka dalam mulut paus memungkinkan mereka untuk menemukan dan menekan lubang sembur paus pilot. Kemungkinan lainnya adalah paus secara tidak sengaja mendorong ikan sebelah menuju ke lubang pernapasan mereka, ketika mencoba menelan mangsanya. Paus memiliki laring biasa, yang dapat tersedak ketika mencoba untuk makan ikan.
Tidak ada yang tahu apa yang paus lakukan hingga berenang begitu jauh dari habitat asal. Kebisingan dari pembangunan turbin angin dan suara seismik laut mungkin telah mendorong mereka migrasi ke tempat lain.
Nicola Hodgins, kepala ilmu pengetahuan dan penelitian untuk amal Konservasi Paus dan Lumba-Lumba, setuju bahwa polusi suara adalah kemungkinan penyebab kedatangan sekumpulan paus pilot ini.
"Semua orang tertarik tentang apa yang sedang terjadi," katanya. "Paus pilot berada di benar-benar tempat yang salah." tambah IJsseldijk.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR