Nationalgeographic.co.id - Durrington Walls atau Dinding Durrington merupakan sebuah permukiman besar zaman Neotilikum yang berlokasi di Wiltshire, Inggris. Tempat yang juga dikenal dengan nama Superhenge ini hanya berjarak 3,2 kilometer dari situs terkenal, Stonehenge.
Dilansir dari Ancient Origins, dari proyek penggalian Stonehenge Riverside yang dilaksanakan oleh Sheffield University tahun 2004 dan 2006 ditemukan sisa-sisa dari tujuh rumah kuno. Tim arkeolog berpendapat dulunya permukiman ini memiliki 1.000 rumah dan 4.000 penduduk pembuat Stonehenge tahun 2500 sebelum masehi.
Temuan ini menjadi tanda bahwa situs tersebut merupakan pusat penting kependudukan orang-orang zaman Neolitikum awal. Kabar terkini, proyek Stonehenge Riverside mengungkapkan para pembuat Stonehenge mengonsumsi makanan ringan berkalori dan berkarbohidrat tinggi.
Para arkeolog yang terlibat dalam proyek menggali 20 lubang di Durrington Walls, sebelah utara Amesbury, Wiltshire. Adapun tujuan dari digalinya puluhan lubang yang ditemukan sejak tahun lalu untuk memastikan mereka dibuat dengan sengaja. Sebab banyak ahli berpendapat lubang tersebut terbuat secara alami tanpa campur tangan manusia.
Baca Juga: Selidik 4 Ukiran Kuno Berusia 5.000 Tahun di Stonehenge Inggris
Puluhan lubang ini memiliki lebar 9,1 meter dengan kedalaman 4,8 meter berlokasi di sekitar pemukiman, menunjukkan penempatannya sama sekali tidak alami. Dari sampel yang diambil di lubang-lubang inilah para arkeolog menemukan bahan-bahan kuno. Mereka berspekulasi bahan-bahan makanan digunakan untuk membuat “pai cincang Neolitikum".
BBC melaporkan sampel mengandung sisa-sisa dari kacang hazel, sloes (sejenis beri), apel, dan buah-buahan lainnya. Meskipun tidak ada bukti konkret bahwa pastry dikonsumsi oleh orang-orang zaman Neolitikum, gandum menjadi salah satu komoditi pada saat itu.
Berdasarkan hal ini, peneliti berpendapat para pembuat Stonehenge bisa saja membuat kue gandum menggunakan tepung kemiri atau biji ek untuk membuat pai cincang mentah. Melansir Independent, Susan Greaney selaku sejarawan senior Warisan Budaya Inggris mengungkapkan berkat proyek Stonehenge Riverside didapati bukti bahwa penduduk pada masa itu memiliki akses ke makanan bergizi, buah-buahan, dan mungkin telah membuat dan memasak resep makanan.
“Menambahkan lemak daging ke hazelnut dan buah akan menjadi energy bar yang lezat, penuh kalori. Makanan seperti itu mungkin telah dimakan untuk perayaan, dengan berbagi makanan membantu komunitas memiliki kebersamaan, mendorong orang untuk melakukan perjalanan dari jauh dan luas untuk membantu membangun Stonehenge,” ujar Susan Greaney kepada Independent.
Baca Juga: Ditemukan Residu Produk Olahan Susu di Tembikar Dari Tahun 3100 SM
“Kita tidak akan pernah tahu dengan pasti resep apa yang mereka sukai, tetapi menyenangkan membayangkan para pelancong disambut dengan nampan berisi pai cincang,” lanjutnya.
Lebih lanjut, ketika para peneliti mengidentifikasi sampel dari bahan-bahan makanan kuno ini, hampir tidak mungkin bagi mereka untuk berspekulasi bagaimana proses pengolahan bahan mentah untuk dikonsumsi. Hanya saja sudah lama diketahui bahwa orang-orang pembuat Stonehenge mengonsumsi daging babi, daging sapi, dan produk susu.
Berdasarkan temuan ini, semakin bertambah informasi bahwa mereka juga menyukai makanan manis. Selain itu, sisa-sisa tanaman hangus yang ditemukan di Durrington Walls selama penggalian menunjukkan bahwa metode memasak yang dikembangkan dan digunakan secara terus menerus oleh orang-orang zaman Neolitikum bertujuan untuk mengawetkan dan membuat makanan enak.
Mengenal lebih jauh situs Durrington Walls, melansir Britannica penggalian besar pertama di sana dilakukan pada tahun 1966 sampai 1967 dipimpin oleh arkeolog Geoffrey Wainwright. Dari penggalian tersebut ditemukan lingkaran tiang kayu tegak, perkakas batu, tembikar beralur, serta tulang babi dan sapi. Penemuan tembikar dan tulang binatang membuat para peneliti menyimpulkan bahwa situs ini digunakan untuk pesta daripada untuk upacara ataupun ritual yang berkaitan dengan kematian.
Source | : | independent,ancient origins,britannica |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR