Kapal Motor Sangiang baru saja bersandar di Dermaga Miangas, yang terletak di Pulau Miangas, Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara. Puluhan, mungkin ratusan penumpang, dengan barang bawaannya masing-masing, bersiap turun dari kapal sepanjang 140 meter ini.
Di darat, pemandangan serupa juga terlihat. Puluhan orang berbaris tak beraturan di dermaga. Mereka menanti dengan sabar kedatangan kapal. Saat KM Sangiang merapat, dengan segera mereka naik, menyerbu masuk ke kapal, berbarengan dengan banyak manusia yang berusaha turun. Jadilah kapal menjadi riuh dengan kesibukan orang yang berusaha turun dan naik di atas kapal.
Inilah pemandangan yang lazim terlihat di Dermaga Miangas, saat ada kapal yang datang. Orang-orang yang tadi terlihat berbaris di dermaga, adalah para penghuni pulau. Mereka datang ke dermaga dengan satu tujuan: ”Menyerbu” kapal untuk berbelanja. Mereka bisa membeli apa saja. Mulai dari makanan, pakaian, hingga cendera mata. Pendeknya, apapun yang dijual di kapal, akan mereka beli.
Mereka tak sekadar membeli eceran. Segala barang, mereka beli dalam jumlah yang sangat besar. Satu orang, bisa saja berbelanja hingga berkarung-karung. Dan mereka memborong segala barang ini bukan untuk dijual lagi, melainkan untuk konsumsi dirinya dan keluarganya.!break!
Ada dua kapal yang biasa singgah disini. Selain KM Sangiang, ada juga kapal perintis Meliku Nusa. Dan bagi warga Miangas, dua kapal ini adalah dewa penyelamat, yang membawa segala barang yang mereka butuhkan. Warga tak bisa mendapat pasokan barang dari mana pun, sebab, mereka tinggal di sebuah pulau kecil, yang jauh dari mana-mana. Pulau yang dihuni sekitar 762 penduduk ini adalah salah satu pulau terdepan milik Indonesia, yang berbatasan dengan negara Filipina.
Hanya ada satu jalan untuk menghubungkan Miangas dengan dunia luar, yakni, lewat laut. Jalur lain? tidak ada sama sekali. Jalur satu-satunya ini pun tidak dilewati kapal setiap hari. Kapal perintis Meliku Nusa, hanya datang setiap dua minggu, sementara KM Sangiang, jadwal kedatangannya lebih tidak menentu. Kondisi ini diperparah lagi saat cuaca buruk. Kalau sudah begitu, jangan berharap ada kapal yang akan singgah.
Sebenarnya, bisa saja warga Miangas berbelanja ke luar daerahnya. Mereka dapat membeli segala barang yang mereka inginkan di Meloungane, ibukota Kepulauan Talaud. Namun waktu tempuh untuk datang ke tempat ini, cukup lama. Dari Miangas, warga harus menempuh perjalanan laut selama 2 hari 1 malam, untuk mencapai Meloungane.
Alternatif lain, mereka bisa berbelanja di Manado. Namun, jarak ibukota provinsi Sulawesi Utara ini, lebih jauh lagi. Warga harus berlayar selama 3 hari 2 malam, untuk bisa menginjakkan kaki di Manado.!break!
Tempat berbelanja yang paling dekat dengan tempat tinggal warga Miangas adalah Kota Davao, yang terletak di bagian selatan Filipina. Untuk menuju kesini, warga hanya membutuhkan waktu 3 hingga 4 jam. Ini berarti, mereka cuma membutuhkan waktu satu hari, untuk perjalanan pergi dan pulang, serta berbelanja. Bandingkan waktu yang harus dihabiskan untuk berbelanja di negeri sendiri.
Karena sering ke luar negeri, kadang, ada beberapa warga Miangas yang mendapat godaan untuk pindah warga negara. Koce Pade, seorang warga Miangas, mengaku beberapa kali mendapat rayuan ini. Namun, ia selalu menampiknya. ”Biar bagaimana, tempat saya dilahirkan itu di Miangas. Saya ndak lupa. Negara Indonesia itu tidak bisa saya lupakan dalam hati saya,” katanya, bangga.
Koce Pade memang selalu bangga Indonesia. Meski ia mengaku, kadang merasa kesepian di pulaunya dan merasa rindu dengan gemerlapnya Filipina, namun, ia bertekad, akan selalu berada di republik ini. Dan ia akan selalu setia, menanti datangnya kapal yang singgah di pulaunya, untuk memborong segala barang yang ada di dalam kapal.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR