Nationalgeographic.co.id—Jejak kaki yang ditemukan oleh Mary Leakey pada tahun 1978 di situs Laetoli G, Tanzania, merupakan bukti nyata bahwa nenek moyang manusia bisa berjalan tegak. Jejak kaki yang berusia 3,66 juta tahun tersebut dimiliki oleh Australopithecus afarensis.
Namun, jejak kaki situs Laetoli G bukan satu-satunya jejak kaki kuno yang ditemukan peneliti pada waktu itu. Dilansir dari CNN, ada jejak kaki lainnya yang ditemukan di situs Laetoli A yang berjarak 1,6 kilometer dari situs Laetoli G.
Pada awalnya para arkeolog mengaitkan jejak kaki tersebut kepunyaan seekor beruang muda yang berjalan tegak. Dikarenakan jejak kakinya sangat berbeda dari jejak yang ditinggalkan Australopithecus afarensis. Studi ini telah dipublikasikan di Nature dengan judul Footprint evidence of early hominin locomotor diversity at Laetoli, Tanzania pada 1 Desember 2021.
Jeremy DeSilva, seorang profesor di departemen antropologi Dartmouth College dan rekan penulis penelitian mengatakan jejak kaki ini menunjukkan bahwa evolusi berjalan tegak lebih rumit dan lebih menarik daripada yang diduga sebelumnya. Para peneliti sekarang mempercayai jejak kaki situs Laetoli A mungkin milik nenek moyang manusia yang berbeda dan sama-sama berjalan dengan tegak
"Setidaknya ada dua hominin berjalan dengan cara yang berbeda, dengan bentuk kaki yang berbeda saat ini dalam sejarah evolusi kita, hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berjalan seperti manusia kurang linier daripada yang dibayangkan banyak orang," kata Jeremy DeSilva kepada CNN.
Laetoli adalah padang rumput di barat laut Kawah Ngorongoro di Tanzania utara. Hujan musiman telah menyapu bersih sedimen purba, memperlihatkan lapisan abu vulkanik yang mengeras berusia 3,66 juta tahun. Menurut DeSilva lapisan abu vulkanik mempertahankan ribuan jejak kaki milik kijang purba, gajah, kucing besar, burung, dan serangga hingga nenek moyang manusia.
"Situs Laetoli A tidak pernah sepenuhnya digali dan segera ditutup setelah jejak kaki ditemukan oleh ahli paleontologi Mary Leakey pada tahun 1977 atau 1978," ujarnya
Tidak seperti jejak kaki yang sekarang terkenal di situs Laetoli G, jejak kaki di situs A memiliki bentuk yang tidak biasa. Jejak kaki menunjukkan gerakan berjalan tegak yang memiliki cara melangkah silang yang aneh, di mana setiap kaki bergerak di atas garis tengah tubuh untuk mendarat di depan kaki lainnya, kata Stephanie Melillo yang tidak terlibat dalam penelitian. Beliau merupakan paleoantropolog dan peneliti postdoktoral di departemen evolusi manusia di Max Plank Institute for Evolutionary Anthropology Leipzig, Jerman.
Sejauh ini hanya ada dua penjelasan terkait dengan jejak kaki tersebut. Jejak kaki merupakan jejak yang ditinggalkan beruang atau jejak kaki tersebut dimiliki oleh hominin yang berjalan dengan aneh.
"Para ilmuwan tidak yakin dengan kedua penjelasan tersebut. Pada akhirnya, jejak kaki situs Laetoli A lebih mudah dilupakan daripada dijelaskan," kata Melillo dalam komentar pada penelitian yang diterbitkan di Nature.
DeSilva mengatakan mereka memutuskan untuk menggali kembali situs tersebut setelah dia dan rekan-rekannya mengumpulkan data jejak kaki dari manusia, simpanse, dan beruang. Namun, itu adalah tantangan untuk memeriksa kembali lima jejak kaki.
"Mary Leakey membuat peta lokasi jejak kaki yang sangat detail. Dari petanya, kami dapat memperkirakan di mana jejak kaki seharusnya berada. Kami mulai menggali, berharap yang terbaik, tetapi malah khawatir bahwa hujan musiman selama empat puluh tahun telah menghilangkan jejak kaki," kata DeSilva melalui email.
"Tanahnya keras seperti semen dan butuh palu dan pahat untuk mencapai lapisan jejak kaki, yang kemudian perlu kami gali dengan hati-hati dengan sikat berbulu keras dan penekan lidah. Untungnya, jejak kaki itu terpelihara dengan baik."
Baca Juga: Jejak Kuno ini Mungkin Jejak Kaki Hominin Tertua yang Pernah Ditemukan
Setelah mereka membuat katalog cetakan asli, mereka membandingkannya dengan cetakan milik beruang hitam (Ursus americanus), simpanse (Pan troglodytes) dan manusia modern (Homo sapiens).
Mereka juga memperoleh lebih dari 50 jam video beruang hitam liar. Kenyataannya, beruang berjalan dengan dua kaki kurang dari 1 persen waktu. Hal ini membuat beruang tidak mungkin meninggalkan jejak kaki misterius itu, terutama mengingat tidak ada jejak kaki yang ditemukan dari individu pemilik jejak kaki ini yang berjalan dengan empat kaki, kata para peneliti.
Lebih lanjut, DeSilva mengatakan bahwa ketika hewan berjalan dengan dua kaki, mereka tidak dapat menyeimbangkan tubuh mereka dengan satu kaki. Ini berarti mereka terhuyung-huyung saat bergerak maju, menghasilkan jejak kaki yang jauh satu sama lain, tidak seperti jejak kaki misterius yang ditemukan berdekatan.
Namun, pada awal evolusi manusia, perubahan posisi otot pinggul dan lutut nenek moyang kita memungkinkan hominin tegak untuk menyeimbangkan tubuh pada satu kaki secara bersamaan dan berjalan dalam garis lurus, tanpa terhuyung-huyung. Melillo setuju bahwa penggalian baru-baru ini telah mengungkapkan "kombinasi fitur diagnostik hominin."
Ibu jari kedua kaki memiliki panjang yang hampir serupa, jejak yang dibuat di tanah oleh ibu jari kaki sebelah kiri jauh lebih besar daripada yang dibuat oleh ibu jari kaki sebelah kanan dan tumitnya lebar," ujar Melillo.
"Tetap saja, jejak kaki situs A tidak seperti hominin lainnya. Jejak kaki itu anehnya lebar dan pendek, serta kaki yang bertanggung jawab atas jejak kaki ini mungkin memiliki ibu jari kaki yang mampu menggenggam seperti ibu jari kaki kera," tambah Melillo.
DeSilva mengatakan mereka perlu menemukan fosil untuk mengetahui lebih banyak tentang penampilan hominin ini. Namun, dia mengatakan bahwa ukuran kaki menunjukkan bahwa individu tersebut hanya sedikit lebih tinggi dari 0,9 meter.
Baca Juga: Ada 3.500-an Jejak Kaki Dinosaurus Asal Periode Kapur di Kota Bolivia
Source | : | CNN |
Penulis | : | Maria Gabrielle |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR