Ketika tim memasukkan data dan model canggih mereka ke dalam superkomputer di Texas Advanced Computing Center UT Austin, mereka mendapatkan hasil yang mengejutkan dan belum pernah terjadi sebelumnya.
"Para model berteriak bahwa Anda membutuhkan lubang hitam di tengahnya; Anda tidak benar-benar membutuhkan banyak materi gelap. Anda memiliki galaksi yang sangat kecil yang jatuh ke Bimasakti, dan lubang hitamnya hampir sama besarnya dengan Bimasakti. Rasio massanya sangat besar. Bimasakti dominan; lubang hitam Leo I hampir sebanding." kata Gebhardt.
Para peneliti mengatakan hasilnya berbeda dari studi Leo I sebelumnya karena kombinasi data yang lebih baik dan simulasi superkomputer. Wilayah pusat galaksi yang padat sebagian besar belum dijelajahi dalam penelitian sebelumnya, yang berkonsentrasi pada kecepatan masing-masing bintang. Studi saat ini menunjukkan bahwa untuk beberapa kecepatan yang diambil di masa lalu, ada bias terhadap kecepatan rendah. Ini, pada gilirannya, mengurangi jumlah materi yang disimpulkan yang tertutup dalam orbitnya.
Data baru terkonsentrasi di wilayah tengah dan tidak terpengaruh oleh bias ini. Jumlah materi yang disimpulkan tertutup dalam orbit bintang-bintang meroket.
Temuan ini dapat menggoyahkan pemahaman para astronom tentang evolusi galaksi, karena "tidak ada penjelasan untuk lubang hitam semacam ini di galaksi spheroidal kerdil," kata Bustamante.
“Hasilnya lebih penting karena para astronom telah menggunakan galaksi seperti Leo I, yang disebut ‘galaksi spheroidal kerdil’, selama 20 tahun untuk memahami bagaimana materi gelap didistribusikan di dalam galaksi. Penggabungan lubang hitam jenis baru ini juga memberi observatorium gelombang gravitasi sinyal baru untuk dicari.” tutur Gebhardt.
Baca Juga: Lubang Hitam Ditemukan Sembunyi dalam Gugus Bintang di Luar Bimasakti
"Jika massa lubang hitam Leo I tinggi, itu mungkin menjelaskan bagaimana lubang hitam ini tumbuh di galaksi massif. Itu karena seiring waktu, ketika galaksi kecil seperti Leo I jatuh ke dalam galaksi yang lebih besar, lubang hitam galaksi yang lebih kecil bergabung dengan galaksi yang lebih besar, meningkatkan massanya.” jelas Gebhardt, seperti yang laporkan Tech Explorist.
Dibangun oleh tim di MPE di Jerman, VIRUS-W adalah satu-satunya instrumen di dunia saat ini yang dapat melakukan studi profil materi gelap jenis ini. Banyak galaksi kerdil belahan bumi selatan adalah target yang baik untuk itu, tetapi tidak ada teleskop belahan bumi selatan yang dilengkap untuk hal tersebut. Namun, Teleskop Magellan Raksasa (GMT) yang sekarang sedang dibangun Chili, sebagian, telah dirancang untuk jenis pekerjaan ini. UT Austin adalah mitra pendiri GMT.
Semoga kelak, penelitian ini mendapatkan hasil yang lebih baik lagi dengan bantuan teleskop tersebut.
Source | : | techexplorist.com |
Penulis | : | Wawan Setiawan |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR