Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau NASA memperingatkan bahwa efek fenomena cuaca El Nino belakangan ini bisa menyamai rekor tahun 1998 sebagai yang terparah dan terkuat dalam sejarah.
El Nino saat itu mengacaukan sistem cuaca dunia dan disebut sebagai pemicu beberapa peristiwa cuaca ekstrem.
El Nino pada tahun ini dikaitkan dengan sejumlah peristiwa banjir dan kenaikan suhu yang tidak biasa di belahan bumi utara.
Fenomena tersebut mengakibatkan air hangat dari Pasifik tengah mengalir ke arah timur menuju Amerika Utara dan Selatan.
El Nino ialah fenomena cuaca yang terjadi secara alami setiap 2-7 tahun.
Fenomena ini biasanya memuncak pada akhir tahun, meskipun dampaknya dapat berlangsung sampai musim semi berikutnya, dan bertahan sampai 12 bulan.
NASA mengatakan, El Nino yang sekarang "tidak menunjukkan tanda pelemahan" berdasarkan citra satelit terbaru dari Samudra Pasifik.
Manurut NASA, hal tersebut memiliki "kemiripan yang mencolok" dengan El Nino pada Desember 1997, yang merupakan "pertanda El Nino yang besar dan kuat".
Temuan NASA mirip dengan hasil telaah Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) yang menyebutkan, fenomena cuaca El Nino saat ini mungkin saja adalah yang terkuat sejak 1950.
El Nino tahun ini dihubungkan dengan banjir terburuk selama 50 tahun di Paraguay, Argentina, Uruguay, dan Brasil.
Banjir tersebut memaksa lebih dari 150.000 warga meninggalkan rumah mereka.
Sebanyak 13 orang tewas di negara bagian Missouri, AS, akibat sungai yang meluap setelah tornado dan badai melanda wilayah itu.
Delapan kilometer bagian dari Sungai Mississippi dekat St Louis ditutup untuk kapal akibat "kondisi berbahaya" yang diakibatkan badai.
El Nino juga dinyatakan sebagai faktor penyebab banjir yang menghantam bagian utara Inggris, memaksa ribuan warga mengungsi dari rumah mereka dan meninggalkan ribuan lainnya tanpa listrik.
Badai Frank, yang diperkirakan akan membawa hujan dan banjir ke Inggris pekan ini, merupakan bagian dari sistem cuaca yang menyebabkan kenaikan suhu tidak normal di Arktik.
Satu pemantau cuaca dekat Kutub Utara mengukur suhu di atas titik beku. Hal ini hampir tidak pernah ditemukan pada tahun-tahun sebelumnya, saat angka normal sekitar 25 derajat celsius.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR