Nationalgeographic.co.id—Penelitian baru yang diterbitkan dalam Journal of Anthropological Archaeology telah mengungkapkan bahwa bir Mesir diproduksi dan dikonsumsi sebagai makanan pokok serta untuk tujuan ritual sejak 5.800 tahun yang lalu.
Selain itu, bir Mesir, menurut penelitian, mempengaruhi stratifikasi masyarakat Mesir serta munculnya negara kesatuan. Penelitian ini dilakukan oleh tim arkeolog yang dipimpin oleh Profesor Jiajing Wang dari Universitas Dartmouth di New Hampshire.
Studi bir Mesir menganalisis fragmen tembikar yang ditemukan di Hierakonpolis (atau Nekhen), sebuah situs arkeologi di Mesir selatan. Fragmen tersebut berasal dari antara 3800 dan 3600 SM, yaitu sekitar 600 tahun sebelum Mesir bersatu menjadi satu negara di bawah firaun Narmer. Narmer diyakini oleh para sejarawan sebagai pendiri Dinasti Pertama dan firaun pertama dari Mesir yang bersatu.
Bukti Produksi Bir Mesir Kuno
Tim peneliti menemukan residu bir dalam pecahan tembikar yang awalnya terdiri dari lima toples berwarna jerami dengan alas datar, yang tampaknya telah digunakan untuk penyimpanan dan pengangkutan minuman tersebut. Empat bejana berbentuk gelas dari barang-barang tanah liat hitam, khas periode Pradinastik, juga mengungkapkan residu bir dan mungkin digunakan sebagai cangkir minum.
Analisis residu mikrofosil dilakukan pada 33 fragmen wadah keramik, yang menghasilkan penemuan butiran pati, sel ragi dan sejumlah kecil fitolit, struktur sangat kecil dalam jaringan tanaman yang tetap ada bahkan setelah sisa tanaman membusuk. Para peneliti juga menemukan kristal kecil "batu bir" atau kalsium oksalat, sejenis kerak yang dibentuk oleh reaksi kimia.
Bahan tanaman dalam residu menunjukkan bahwa tumbukan bir disaring untuk menghilangkan sekam sereal. Bukti kerusakan pati, hasil gabungan dari malting dan tumbuk di dekat awal pembuatan bir juga ditemukan. Proses ini cukup khas untuk pembuatan bir dan menunjukkan kuat pada orang Mesir Pradinastik yang mengonsumsi bir.
Source | : | ancient origins |
Penulis | : | Hanny Nur Fadhilah |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR