Di Rosh Ha-Ayin, sebuah kota di Distrik Tengah Israel, para arkeolog dari Israel Antiquities Authority (IAA) menemukan sisa dari rumah pertanian berusia 2.700 tahun dan biara berusia 1.500 tahun.
Salah satu arkeolog IAA, Amit Shadman mengatakan bahwa rumah tersebut berukuran 30 x 50 meter, dengan ketinggian lebih dari 2 meter.
“Bangunan berusia 2.700 tahun tersebut memiliki 24 kamar yang dibangun di sekitar halaman tengah,” ujarnya.
Sebuah komparteman penyimpanan besar dimaksudkan untuk melindungi gandum yang terhampar di halaman. Tampaknya, waktu itu karbohidrat sudah sepopuler saat ini. Bercocok tanam dan mengolah gandum tampaknya telah menyebar luas di wilayah pedesaan dan pertanian ini. Hal tersebut dikuatkan oleh penemuan lain di kawasan tersebut, termasuk banyak peralatan batu yang digunakan untuk menumbuk gandum menjadi tepung.
“Selain itu, kami menemukan potongan pemeras minyak sederhana yang terbuat dari batu dan biasa digunakan untuk memproduksi minyak zaitun,” kata Shadman.
Tanah pertanian beserta rumah-rumah ini dioperasikan selama berabad-abad sampai wilayah tersebut ditinggalkan pada periode Helenistik.
Shadman dan rekan-rekannya juga menemukan dua koin logam dari abad ke 4 sebelum masehi yang bergambar mirip dengan Dewi Athena dan burung hantu Athena.
Sebuah biara bertanggal awal periode Byzantin (5 Masehi) terlihat di salah satu bukit di daerah tersebut. Selain itu, ditemukan juga gereja, pemeras minyak, tempat tinggal, dan kandang yang dilengkapi dengan bak tempat makanan dan minuman untuk ternak.
“Lantai gereja dan biara terbuat dari mozaik warna-warni yang termasuk geometris dan desain lain,” kata arkeolog.
“Selain itu, prasasti Yunani yang dianggap berasal dari seorang imam bernama Theodolius juga terungkap dalam salah satu mozaik. Prasasti tersebut bertuliskan: “This place was built under Theodosius the priest. Peace be with you when you come, peace be with you when you go, Amen.”
IAA memutuskan bahwa benda-benda kuno tersebut akan dilestarikan in situ (di tempat asalnya), dan akan di tampilkan serta dibuka untuk kepentingan publik.
Mengintip Inisiatif 'Blue Carbon' Terbesar di Dunia dari Negara Termiskin di Asia
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR