Wajah I Gde Pitana memerah. Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Luar Negeri Kementerian Pariwisata ini tampak gusar. Ia beberapa kali memotong ucapan yang disampaikan Aileen C. Clemente, Presiden ASEAN Tourism Association (ASEANTA) usai pemberian penghargaan tingkat regional di Manila, Filipina, Jumat (22/1).
"Saya kembali tanyakan, apakah Anda sudah menginformasikan soal ini dalam rapat sebelumnya?" ucap Pitana dengan nada tinggi. "Tolong katakan bahwa penghargaan adalah sebuah kesalahan, karena kami tidak pernah mendapatkan informasi sebelumnya soal ini. Bagaimana mekanisme pengajuannya, lalu siapa yang memilih, dan di website (ASEANTA) pun sama sekali tidak ada keterangan soal ini."
Kegusaran profesor di bidangan pariwisata ini mendadak menjadi perhatian sejumlah delegasi dan media yang meliput gelaran ASEAN Tourism Forum 2016. Debat yang terjadi di muka ruangan pemberian penghargaan memang mudah mendapatkan pandangan dari siapa saja.
Aileen, yang juga menjabat sebagai Ex Officio Philippines Travel Agencies Association, berupaya menjelaskan latar belakang pemberian penghargaan khusus itu. Ia tak sendiri. Di sebelahnya, ada Elly Hutabarat, yang tergabung sebagai anggota dewan asosiasi pelaku industri pariwisata di wilayah Asia Tenggara.
"Kami memberikan penghargaan khusus itu dengan kriteria jelas, yaitu kemanusiaan. Memang tidak ada kaitannya dengan pariwisata. Tetapi, kami memandang perlu adanya pemberian penghargaan ini. Dan, kami sudah membahasnya dalam pertemuan kami di Bangkok (Thailand) beberapa waktu lalu. Para (perwakilan) NTO (National Tourism Organization) juga sudah mengetahuinya," Aileen berupaya menjelaskan kepada Pitana di hadapan sejumlah jurnalis yang datang dari Jakarta. Elly yang berada di sisinya mengangguk.
Pitana tidak puas dan menyergah penjelasan itu. "Tidak. Kami sama sekali tidak mengetahui hal itu. Kami tidak pernah mendengar adanya rencana pemberian penghargaan itu. Juga tidak ada mekanisme yang jelas. Jadi, apakah Anda mengakui hal ini sebagai sebuah kesalahan?"
Aileen dan Elly terkejut atas pertanyaan Pitana. "Kami punya catatan rapat (yang membahas rencana pemberian penghargaan). Kami bisa mengeceknya. Yang pasti, kami memilih dan memutuskan bersama anggota dewan (ASEANTA). Dan, sama sekali tidak tekanan atau pengaruh politik dalam hal ini."
"Pemberian penghargaan khusus ini memang baru pertama kali diberikan. Pada waktu pemilihan, kami juga menunggu usulan dari NTO. Semangat kami adalah ASEAN bersama, tetapi kami sangat menghargai kritik ini. Tolong sampaikan kepada kami bagaimana kita maju terus ke depan," Aileen yang terus berupaya menyakinkan Pitana.
Pitana yang tidak juga puas atas penjelasan itu akhirnya perdebatan lebih dari setengah jam itu. Jawaban Aileen dan Elly membuat wajah pejabat di kementerian ini kian memerah.
Dalam ajang 29th ASEANTA Award for Excellence 2016, ada enam kategori yang dipertandingkan. Setiap negara dari 10 anggota ASEAN (diwakili oleh pemerintah, industri wisata, dan asosiasi-asosiasi penerbangan, destinasi, pertemuan dan konvensi, perhotelan, restoran, dan unsur pariwisata lainnya) dapat mendaftarkan calon peserta untuk tiap kategori sesuai aturan main yang tercantum dalam situs web perkumpulan ini. Berkas pendaftar yang telah terkumpul di meja panitia ini, kemudian menjalani proses seleksi oleh juri.
Usai melalui proses pendaftaran, seleksi, dan penjurian, acara yang dinantikan pun tiba. Pengumuman pemenang dilakukan pada saat acara puncak ASEAN Tourism Forum, yang dihadiri oleh para menteri pariwisata di wilayah ini.
Pada gelaran ke-29 itu, pokok perkara muncul. Kementerian Pariwisata Indonesia terkejut atas pemberian penghargaan khusus yang diberikan kepada Kementerian Pariwisata di Sabah Malaysia. Indonesia merasa tidak pernah mendapatkan informasi yang transparan atas pemberian untuk kategori "mendadak" itu.
!break!
Indonesia: Juara Umum
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Singapura, Ericssen |
KOMENTAR