Fransiska Dimitri Inkiriwang (22), Mathilda Dwi Lestari (22), dan Dian Indah Carolina (20), ketiga wanita pendaki yang tergabung dalam tim WISSEMU (Women of Indonesia’s Seven Summits Expedition Mahitala Unpar), kini tengah berada di Plaza de Mulas, salah satu base camp di jalur pendakian, di Argentina.
Kehadiran mereka di tempat berketinggian 4.250 di atas permukaan laut tersebut adalah untuk bersiap menyambangi Aconcagua atau yang dikenal pula dengan nama lokal Ackon-Cauak, yang berasal dari bahasa Quechua yang digunakan oleh suku Inca.
Puncak gunung berketinggian 6.962 meter di atas permukaan laut ini tingginya hampir satu setengah kali Carstensz atau Ndugu Ndugu, gunung tertinggi di wilayah Oseania yang terletak di Papua. Inilah salah satu target mereka dalam meraih gelar seven summiteers wanita pertama dari Indonesia. Selain puncak Carstensz (yang dijejaki pada 2014), mereka telah menyambangi Elbrus di Rusia dan Kilimanjaro di Tanzania pada tahun silam.
Setelah sebelumnya dijamu oleh Jonny Sinaga, duta besar Indonesia di Wisma KBRI Buenos Aires seminggu silam, ketiga mahasiswi ini menetap di Mendoza selama hampir tiga hari untuk berbelanja konsumsi, mengurus perizinan pendakian, serta melakukan pengecekan terakhir terhadap alat-alat pendakian.
Saat di Mendoza, “saya kira suasananya akan ramai oleh pendaki, dengan toko peralatan outdoor yang berjejer,” ungkap Mathilda saat bercerita mengenai keadaan kota. “Ternyata biasa saja seperti kota kebanyakan,” lanjutnya. Ia juga bercerita bertemu dengan wanita pendaki asal Malaysia yang gagal mencapai puncak karena terlibas angin.
Tim pendaki didampingi oleh Sofyan Arief Fesa, yang telah terlebih dahulu mengantongi gelar seven summiteer dunia lima tahun silam dan kini mengelola Indonesia Expeditions, yang menawarkan jasa pemanduan kegiatan pendakian hingga ke pegunungan manca negara.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Yoga Hastyadi Widiartanto |
KOMENTAR