Pertama kalinya manusia purba meninggalkan Afrika ternyata setengah juta lebih awal daripada yang pernah kita pikirkan. Kesimpulan tersebut didapat dari analisis peralatan batu dan tiga tulang sapi dengan tanda-tanda potongan yang ditemukan di Asia. Akan tetapi, belum semua orang yakin.
Tim gabungan India dan Perancis menemukan artefak di Bukit Siwalik, sekitar 300 kilometer di utara New Delhi, India, dimana aktivitas tektonik telah menyingkap batuan dasar yang bertanggal setidaknya 2,6 juta tahun.
Tulang dan peralatan batu yang ditemukan tergeletak di permukaan, sehingga membuat penanggalan mereka agak menjebak.
Tapi mengingat bahwa artefak tersebut langka ditemukan di bebatuan sekitar singkapan, dan penemuan terbaru yang diawetkan dengan cara yang sama seperti yang sebelumnya ditemukan di batuan dasar kuno, artefak-artefak tersebut mungkin terkikis dari batuan dasar dimana mereka duduk.
"Tidak ada keraguan tentang asal-usul mereka,” ujar wakil pemimpin tim, Mukesh Singh dari Perkumpulan Peneliti Arkeologi dan Antropologi di India, yang menjelajahi daerah tersebut antara tahun 2003-2015 untuk menemukan tanda-tanda aktivitas manusia purba.
Pemeriksaan tim dari goresan yang terdapat di tulang menunjukkan bahwa itu akibat peralatan batu. “Kami benar-benar yakin,” kata Singh. “Hominin tinggal di dataran banjir sub-Himalaya 2,6 juta tahun lalu.
Bukti paling awal yang diterima tentang manusia purba di luar Afrika sejauh ini adalah sisa-sisa fosil Homo erectus yang ditemukan di sebuah situs di Dmanisi, Georgia, yang bertanggal 1,85 juta tahun.
Diambil pada nilai nominal, penemuan baru menunjukkan bahwa genus Homo kita telah bermigrasi ke Asia jauh lebih awal.
Kemungkinan lain adalah bahwa temuan Siwalik adalah bukti bahwa hominin mirip kera awal genus Australopithecus hidup di Asia serta Afrika.
Tapi Anne Dambricourt Malassé dari Institute of Human Paleontologi di Paris yang juga menjadi salah satu wakil pemimpin tim, mengatakan bahwa ini tidak mungkin karena australopith beradaptasi untuk hidup di pohon-pohon dan mungkin tidak akan melakukan migrasi panjang di savana.
Yves Coppens dari College de France di Paris telah lama mendukung gagasan bahwa hominin meninggalkan Afrika jauh lebih awal dari 2,5 juta tahun. Dia mendorong tim untuk mengeksplorasi artefak tua Siwaliks dan menawarkan saran setelah mereka telah menemukan artefak. "Saya mendorong mereka untuk memeriksa dan memeriksa ulang," katanya.!break!
Perlu bukti lebih banyak
Namun para peneliti lain mengatakan bukti kuat diperlukan untuk mendukung klaim luar biasa tim.
"Mereka membuat klaim besar di sini—bahwa manusia purba berada di Asia ratusan ribu tahun lebih awal dari yang kami perkirakan," kata Michael Petraglia dari University of Oxford, yang mempelajari penyebaran awal manusia dari Afrika.
Pada prinsipnya, Ia terbuka untuk ide tersebut—dan mengatakan bukit Siwalik tentu layak penyelidikan arkeologi—tapi ia berpikir jauh lebih banyak bukti yang dibutuhkan.
"Ada banyak cara untuk membuktikan hal-hal tentang artefak, usia artefak, tanda potongan dan apakah ini adalah alat yang dibuat manusia," kata Petraglia.
Hal ini bermasalah karena alat-alat batu dan tulang ditemukan di permukaan alih-alih di lapisan batuan dasar, kata Shannon McPherron, ahli Antropologi Evolusi di Institut Max Planck di Leipzig, Jerman, yang mempelajari kemungkinan bekas penyembelihan pada tulang berusia 3,4 juta tahun yang ditemukan di Dikika, Ethiopia.
Selain itu, membuktikan tanda potongan yang dibuat oleh hominin pada tulang merupakan tantangan besar, katanya, karena deskripsi dan interpretasi tanda tersebut merupakan daerah perdebatan kontroversial.
Ini bukan penemuan pertama yang mengisyaratkan keberadaan manusia jauh lebih awal di luar Afrika.
Tahun lalu, sebuah tim peneliti melaporkan alat-alat batu amat purba dari sebuah gua di Cina dengan penanggalan 2,48 juta tahun lalu, yang ditafsirkan Dambricourt Malassé sebagai bukti keberadaan manusia jauh lebih awal di luar Afrika.
Tapi Petraglia mengatakan, tidak mungkin laporan-laporan awal akan mengubah pandangan ortodoks bahwa manusia purba pertama kali meninggalkan Afrika lama kemudian.
Pemutihan pada Terumbu Karang, Kala Manusia Hancurkan Sendiri Benteng Pertahanan Alaminya
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR