Nationalgeographic.co.id—Uni Emirat Arab (UEA) menjadi negara pertama yang secara resmi mengadopsi pekan kerja yang lebih pendek. Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) telah mengumumkan akan beralih ke 4,5 hari kerja sepekan.
Mulai tahun baru 2022, UEA akan memberlakukan jam kerja baru untuk semua entitas pemerintah Federal, dengan hari kerja Senin hingga Kamis mulai pukul 07:30 dan berakhir pukul 15:30. Adapun jam kerja Jumat mulai pukul 07:30 hingga 12:00, menurut kantor berita negara WAM.
"UEA adalah negara pertama di dunia yang memperkenalkan pekan kerja nasional yang lebih pendek daripada pekan kerja lima hari global," lapor WAM.
Ini menandai perpindahan besar dari akhir pekan tradisional Jumat-Sabtu yang terlihat di dunia Arab, dengan Jumat dianggap sebagai hari paling suci dalam sepekan dalam tradisi Islam. Dalam aturan baru ini, khotbah dan salat Jumat akan diadakan di seluruh UEA pada pukul 13:15, sementara para staf pemerintah akan memiliki fleksibilitas untuk membuat pengaturan untuk bekerja dari rumah pada hari Jumat atau jam masuk berdasarkan waktu yang fleksibel.
Ada kabar baik untuk anak-anak juga. Surat kabar yang berbasis di Dubai, Khaleej Times, melaporkan bahwa semua sekolah dan universitas juga akan mengikuti pekan kerja baru ini, dengan semua kelas berakhir pada Jumat tengah hari.
Baca Juga: Jam Kerja yang Panjang Meningkatkan Risiko Diabetes Pada Wanita
Pemerintah UEA, negara federasi dari tujuh emirat di sepanjang pantai timur Semenanjung Arab, termasuk Abu Dhabi dan Dubai, mengutip manfaat ekonomi untuk peralihan tersebut. Mereka beralasan bahwa penerapan pekan kerja yang lebih pendek ini akan membantu membawa negara itu sejalan dengan dunia non-Arab yang lebih luas, memperkuat perdagangan internasional, dan mendukung pariwisata.
"Dari perspektif ekonomi, pekan kerja baru ini akan lebih menyelaraskan UEA dengan pasar global, yang mencerminkan status strategis negara itu di peta ekonomi global. Ini akan memastikan kelancaran transaksi keuangan, perdagangan, dan ekonomi dengan negara-negara yang mengikuti akhir pekan Sabtu/Minggu, memfasilitasi hubungan bisnis internasional yang lebih kuat dan peluang bagi ribuan perusahaan multinasional dan berbasis di UEA,” lanjut laporan WAM.
Selain itu, mereka juga mengatakan bahwa langkah tersebut akan "meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja dan meningkatkan kesejahteraan sosial."
Baca Juga: Sejarah Tersembunyi Julfar, Kota yang Hilang di Gurun Uni Emirat Arab
Ada beberapa bukti bagus yang mendukung gagasan pekan kerja yang lebih pendek. Kembali pada tahun 2019, sebagaimana dilansir IFL Science, Microsoft Jepang menguji empat hari kerja seminggu selama sebulan dan melihat peningkatan produktivitas sebesar 40 persen. Baru-baru ini, awal tahun ini sebuah eksperimen sosial di Islandia menyelidiki pro dan kontra dari bekerja empat hari seminggu. Itu terbukti sukses luar biasa.
Tidak hanya orang-orang yang melaporkan merasa lebih bahagia, lebih sehat, dan tidak terlalu stres, banyak tempat kerja juga menjadi lebih produktif. Sebagian besar peserta melaporkan memiliki lebih banyak energi untuk kegiatan lain, seperti bersosialisasi, berolahraga, dan melakukan hobi.
Mereka menjelaskan pemotongan jam kerja memungkinkan mereka untuk menghabiskan lebih banyak waktu dengan keluarga mereka dan membuatnya lebih mudah untuk menyelesaikan pekerjaan rumah lainnya. Di sisi lain, hal ini juga membuat mereka mempertahankan atau meningkatkan produktivitas mereka di sebagian besar tempat kerja.
Source | : | IFL Science,Khaleej Times,WAM |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR