Kelihatan penglihatan bisa menjadi mimpi buruk bagi setiap orang. Salah satu upaya untuk mengembalikan penglihatan itu adalah dengan mengganti kornea yang berasal dari donor mata.
Di seluruh dunia kebutuhan akan kornea selalu tak bisa dipenuhi karena banyaknya permintaan tak sebanding dengan ketersediaan donor. Tapi, Srilangka menjadi satu-satunya negara yang memiliki donor mata terbanyak.
Kornea merupakan selaput bening di bagian luar bola mata yang menerima cahaya dari sumber cahaya serta meneruskan ke bagian lain dari mata. Peran kornea sangat penting bagi ketajaman penglihatan kita.
Kerusakan pada kornea, akibat cedera atau penyakit, bisa mengakibatkan kebutaan. Solusinya adalah mencangkokkan korena dari donor. Pengambilan kornea ini harus dilakukan beberapa jam setelah kematian dan kornea harus dipakai oleh pasien dalam 4 minggu, tergantung pada metode penyimpanan.
Paramon Malingam, pemilik toko di Sri Lanka, mengalami luka di matanya akibat kawat baja. Tahun lalu, matanya kembali cidera akibat kayu. Setelah kedua kecelakaan itu, kornea baru dari donor berhasil mengembalikan penglihatannya.
Malingam menunggu empat hari untuk kornea barunya dan memulihkan kesehatannya pasca operasi di sebuah rumah sakit mata di Colombo.
"Setelah operasi, saya merasa dilahirkan kembali ke dunia," katanya seperti dikutip dari BBC.
Beberapa lantai dari kamar perawatan Malingam, Viswani Pasadi, seorang pelajar, mempersiapkan diri untuk sebuah bentuk lain kelahiran. Ia mengisi formulir donor mata yang menyatakan ia akan menyumbangkan korneanya setelah meninggal.
Seperti semua orang Sinhala, Pasadi beragama Budha. Ia percaya pada siklus kelahiran, kematian, dan kelahiran kembali. Pasadi merasa menyumbangkan matanya merupakan sebuah investasi.
"Jika saya mendonasikan mata saya di kehidupan ini, saya akan memiliki penglihatan yang lebih baik di kehidupan yang akan datang," katanya.
Banyak donor
Menurut Eye Donation Society, organisasi nirlaba yang didirikan dokter Hudson Silva di tahun 1961, satu dari lima orang di Sri Lanka telah berkomitmen untuk mendonasikan korneanya.
Jumlah itu tidak termasuk seperti Pasadi, yang mengisi formulir di Bank Mata Nasional, lembaga berbeda yang dibuka pada 5 tahun lalu.
"Sepertinya saya sudah menandatangani sertifikat untuk setiap orang di Sri Lanka," kata Dr.Siri Cassim, direktur medis di Eye Donation Society.
Kerelaan penduduk Sri Lanka untuk memberikan kornea mereka pada orang lain menunjukkan di negeri ini kebutuhan akan kornea tersedia cukup banyak, bahkan berlebih sehingga bisa diberikan ke negara lain.
Proses tersebut sudah dimulai oleh Hudson Silva di tahun 1964 dengan mengemas beberapa mata ke termos berisi es yang biasanya dipakai untuk teh, lalu dibawa dengan tangan dalam penerbangan ke Singapura.
Pada tahun 2014, organisasi tersebut telah mengekspor 2.551 kornea, termasuk 1000 ke Tiongkok, 850 ke Pakistan, 250 ke Thailand, dan 50 ke Jepang.
Sri Lanka bisa menjadi donor utama kornea berkat jasa Silva. Ia pertama kali menyerukan pentingnya donor mata saat masih menjadi mahasiswa di tahun 1958. Dalam sebuah artikel di koran, ia mendorong warga Sri Lanka untuk "memberi hidup pada mata yang mati."
Tahun berikutnya ia sudah menerima satu kornea dan menyimpannya di kulkas pribadinya, bercampur dengan telur dan mentega.
Lalu saat ibunya meninggal di tahun 1960, kornea matanya didonorkan pada seorang petani miskin yang buta. Berkat donasi itu penglihatan si petani bisa dipulihkan. Saat itu Silva menerima simpati yang besar di negerinya.
Para biksu Budha juga berperan besar dalam mendorong donasi dan mengajarkan orang untuk melihat pemberian itu sebagai "dana" yang akan membantu mereka saat reinkarnasi.
Negara penerima
Di negara-negara Muslim ada larangan untuk merusak tubuh manusia, sebelum dan setelah kematian. Itu sebabnya mendonorkan organ tak terlalu populer. Karena itulah Pakistan dan Mesir menjadi penerima utama kornea dari Sri Lanka.
Malaysia, Nigeria, dan Sudan juga berada dalam daftar 50 negara yang menjadi tempat tujuan ekspor kornea tersebut.
Kornea merupakan jaringan yang paling mudah dicangkokkan karena tidak diperlukan kesesuaian antara donor dan penerima. Kornea juga tidak membutuhkan darah dan mengambil oksigen langsung dari udara.
Kornea juga dapat diambil dari orang tua dan bisa dicangkokkan ke mata anak kecil. Jika donor berusia lebih dari 80 tahun memang ada kemungkinan kornea tidak cocok, tapi ada laporan yang menyebut biksu berusia 86 tahun memberikan korneanya ke bocah berusia 9 tahun di Yordania.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR