Denmark, untuk kesekian kalinya, dinobatkan menjadi negeri paling bahagia di dunia, sementara Suriah dan Burundi menjadi dua negara paling tidak bahagia.
Demikian sebuah peringkat global yang dirilis PBB pada Rabu (16/3/2016) di New York, AS. PBB pertama kali membuat studi ini pada 2012.
Daftar negara-negara paling bahagia di dunia pada 2016 lebih menyoroti kebahagiaan sebagai sarana untuk membuat masyarakat lebih sehat dan efisien.
Seperti halnya tahun lalu, Swiss, Islandia, Norwegia, Finlandia, Kanada, Belanda, Selandia Baru, Australia, dan Swedia menempati peringkat 10 teratas negara-negara paling bahagia.
Denmark menduduki peringkat pertama pada 2015 dan 2013, lalu kalah dari Swiss pada 2015. Kini, negeri kecil itu kembali merebut gelar negara paling bahagia dari 157 negara di seluruh dunia.
Sementara itu, di sisi berlawanan, Burundi menjadi "juara" disusul Suriah, Togo, Afganistan, dan enam negara sub-Sahara, yaitu Benin, Rwanda, Guinea, Liberia, Tanzania, dan Madagaskar.
Amerika Serikat, yang sangat terpolarisasi dalam kampanye pemilihan presiden tahun ini, masih menempati peringkat ke-13 atau naik dua peringkat dari tahun lalu.
Jerman ada di posisi ke-16, Inggris ke-23, dan Perancis ke-32. Sementara itu, kerajaan-kerajaan Timur Tengah, seperti Arab Saudi, Qatar, Kuwait, dan Bahrain berada di peringkat ke-35 hingga ke-42.
Negara-negara Teluk ini mengalahkan Italia di peringkat ke-50 serta Jepang yang duduk di posisi ke-53.
Negeri dengan populasi terbanyak di dunia, China, berada di peringkat ke-83 dan negara demokrasi terbesar, India, di posisi ke-118.
Lalu, di mana posisi Indonesia? Dalam daftar tahun ini, Indonesia menduduki peringkat ke-79, di bawah Malaysia (49), Thailand (33), dan Singapura (22).
Peringkat Indonesia bahkan berada di bawah negara yang masih dikoyak perang, seperti Somalia (76) dan Libya (67).
Namun, Indonesia masih berada di atas Filipina (82), Vietnam (96), Laos (102), Myanmar (119), dan Kamboja (140).
Peringkat Indonesia juga masih lebih baik dibanding beberapa negara Eropa, misalnya, Serbia (86), Bosnia (87), atau Bulgaria (129).
Penyusun laporan ini mengatakan, ada enam faktor yang digunakan sebagai tolok ukur penilaian, yaitu pendapatan per kapita, dukungan sosial, hidup yang sehat, kebebasan sosial, kedermawanan, dan level korupsi.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR