Salah satu fokus utama dalam KTT Keamanan Nuklir yang sedang berlangsung di Washington DC adalah tentang cara mencegah bahan-bahan nuklir jatuh ke pihak yang tidak bertanggung jawab.
Indonesia, sebagai negara yang mengembangkan teknologi nuklir, ikut menjaga keamanan nuklir dengan berbagai cara. (Baca : Belajar dari Tragedi Nuklir Fukushima, Jerman Beralih ke Kincir Angin)
Sejak diadakan tahun 2010, KTT Keamanan Nuklir telah mendesak negara-negara untuk mengurangi kuantitas uranium dan plutonium yang diperkaya karena bahan-bahan tersebut memiliki risiko global apabila disalahgunakan, misalnya dijadikan senjata.
Analis mencatat ada kemajuan yang telah dicapai sejak pertemuan dua tahunan yang digagas Presiden AS Barack Obama ini diadakan.
“Kita telah mengamankan lebih dari 1.500 kilogram uranium dan plutonium yang diperkaya. Ada 12 negara baru yang bebas dari uranium yang diperkaya sejak 2010, dan kami telah membangun beberapa pusat riset di beberapa negara untuk mengadakan pendidikan dan pelatihan," ujar Michelle Cann dari Kemitraan bagi Keamanan Global.
Salah satu negara yang mengurangi uranium yang diperkaya adalah Indonesia. Industri Nuklir Indonesia, BUMN yang bergerak dalam industri teknologi nuklir, kini tidak lagi menggunakan uranium yang diperkaya dalam produk-produk yang dihasilkannya, demikian menurut Presiden Direktur Yudiutomo Imardjoko.
(Baca juga : Krisis Listrik, Indonesia Butuh Nuklir)
“Inuki sejak 1996 menggunakan high enriched uranium (HEU) untuk memproduksi medical isotopes, tapi mulai 2011 kami mengganti menjadi low enriched uranium (LEU), sehingga tidak ada penggunaan lain selain medical isotopes," ujarnya
"Tapi kami masih punya sisa dari HEU yang mana tahun ini kita kita campur menjadi LEU, sehingga praktis Indonesia tidak punya HEU yang bisa disalahgunakan untuk misalnya dibikin senjata, bom nuklir, dan sebagainya. Jadi kita clean memenuhi traktat-traktat dunia dalam bidang nuklir untuk penggunaan perdamaian, kesehatan, tidak ada penggunaan persenjataan.”
Pencegahan penyalahgunaan bahan nuklir adalah salah satu fokus utama dalam KTT tahun ini yang dihadiri puluhan kepala negara.
Upaya lain yang dilakukan Indonesia adalah menerapkan pedoman Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengenai budaya keamanan. Pedoman ini telah dijalankan Badan Teknologi Nuklir Nasional (BATAN) di tiga reaktor risetnya.
“Pelaksanaan sosialisasi budaya keamanan ini sesuai dengan peraturan badan pengawas dikatakan bahwa operator atau pemegang izin harus melakukan secara periodik berupa pelatihan-pelatihan, workshop-workshopuntuk meningkatkan kesadaran kepada semua pegawai," jelas Khairul, pakar teknis Bidang Proteksi Fisik dari BATAN.
"Termasuk juga pemimpin bahwa pentingnya sistem keamanan dan kita juga harus menyadari bahwa ancaman itu nyata dan kita memerlukan sistem keamanan dalam fasilitas nuklir untuk menjaga bahan nuklir dan bahan radioaktif aman dari pencurian dan sabotase aman dari pihak yang tidak bertanggung jawab.”
(Baca pula : 10 Fakta Seputar Bom Hidrogen)
Indonesia adalah negara pertama yang menerapkan pedoman IAEA ini. Keberhasilan Indonesia dalam melakukan uji coba penilaian mandiri budaya ini kemudian ditiru oleh Bulgaria dan Malaysia. Maroko dan Yordania juga telah menyatakan keinginan untuk mengikuti langkah serupa.
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR