Bocah bernama Daffa Faros Oktoviarto, siswa kelas IV SD Kalibanteng Kidul, Kota Semarang belakangan ini menjadi buah bibir netizen. Sudah satu bulan Daffa menghadang pengguna sepeda motor yang melintas di trotoar.
Selain dengan memprotes pengendara motor dengan tulisan “Pengendara motor dilarang melintas di trotoar” pada selembar kertas, terkadang ia juga menegur secara lisan.
Apabila pengendara motor tetap ngeyel, Daffa akan memalangkan sepeda ontelnya untuk "mengusir" pengendara motor dari jalur pedestrian. Tak jarang, ia menerima bentakan dari pengendara motor yang kesal dengan aksinya.
"Saya enggak takut, trotoar kan untuk pejalan kaki," ujarnya seperti dikutip dari Kompas.com, Rabu, (20/4).
Daffa ingin agar pengendara motor memahami bahwa trotoar tidak lagi digunakan untuk lalu lalang kendaraan bermotor meski jalan di sekitarnya mengalami kemacetan.
Aksi yang dilakukan Daffa sesungguhnya benar dan alasannya kuat. Trotoar memang untuk pejalan kaki. Jika trotoar dipakai untuk jalur kendaraan bermotor, hak pejalan kaki akan terlanggar.
Ahmad Safrudin, pejabat Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) pernah mengatakan, “Berdasarkan hierarki pengguna jalan, pejalan kaki berada di puncak piramida dan diikuti di bawahnya kendaraan umum dan pribadi. Artinya,pengguna jalan kaki harus diprioritaskan dalam penggunaan jalan."
Merujuk pada petunjuk perencanaan trotoar Direktorat Pembinaan Jalan Kota, lebar trotoar harus dapat melayani volume pejalan kaki yang ada. Disarankan lebar trotoar tidak kurang dari 2 meter. Akan lebih baik lagi jika ada juga pohon perindang untuk memberikan kenyamanan bagi pejalan kaki.
Sayangnya, saat ini di negara kita fasilitas yang nyaman dan aman bagi pejalan kaki belum terakomodir dengan baik. Trotoar yang nyaman pun jarang ditemui karena banyak digunakan untuk berjualan, rambu jalan, tiang bendera, bahkan pengendara motor.
Kondisi trotoar yang buruk tentu berdampak pada banyak hal. Orang-orang menjadi tidak nyaman berjalan kaki. Padahal, aktivitas berjalan kaki merupakan jenis transportasi yang paling murah, bebas polusi, serta berpotensi paling minim sebagai penyebab kecelakaan. Bahkan, jalur pejalan kaki menciptakan ruang temu untuk melakukan interaksi sosial dan berekreasi.
Selain itu, Keberadaan trotoar yang aman dan nyaman merupakan salah satu faktor daya tarik wisatawan untuk mengunjungi sebuah daerah. Kondisi trotoar yang dinilai kurang nyaman bisa berdampak pada kunjungan wisatawan. Ironisnya, belum semua daerah memperhatikan dengan sungguh-sungguh arti penting dari trotoar ini.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR