Printer 3D telah muncul dari beberapa dekade lalu, tetapi baru dalam beberapa tahun terakhir ini benar-benar meledak sebagai teknologi. Mulai dari mencetak kembali reruntuhan arkeologi yang telah hancur, hingga mereplikasi struktur hati manusia, kemungkinan yang tampaknya benar-benar tak ada habisnya.
(Baca : Bakteri di Perut Otzi The Iceman, Memetakan Migrasi Manusia)
Sekarang, Ötzi (mumi favorit semua orang) akhirnya mampu meninggalkan tempat peristirahatannya, berkat teknologi yang sama. Printer 3D berhasil mencetak tiga model iceman itu, yang secara cermat diciptakan oleh tim internasional.
Dua dari replika akan digunakan untuk tujuan pendidikan di Cold Spring Harbor DNA Learning Center di New York. Replika ketiga ditempatkan di South Tyrol Museum of Archaeology di Bolzano, Italia, tanah beku di mana Ötzi asli berasal. Pada tahun 2017, model tersebut akan dikirim ke North Carolina Museum of Natural Science, pemberhentian pertama dari tur nasional.
Model Ötzi ini memungkinkan peneliti dan pihak yang berkepentingan di seluruh dunia untuk memeriksa iceman, yang tidak dapat secara teratur diambil dari tempat peristirahatan dinginnya karena ditakutkaan ia mungkin terkontaminasi atau rusak.
(Baca pula : Darah Tertua di Dunia Milik Oetzi si Manusia Es)
Proses penciptaan Ötzi yakni, pertama Ötzi diubah menjadi suatu entitas virtual menggunakan ribuan CT scan, teknik pencitraan X-ray. Sebagian besar tubuhnya berhasil dicetak tak lama setelah itu, tetapi beberapa segmen skeletal, seperti beberapa tulang rusuk hilang secara permanen, sehingga tim pencetakan di Materialise susah payah mereplikasinya ini dengan mirroring bagian yang masih dipertahankan pada tubuh aslinya.
Mereplikasi tangan terbukti menjadi bagian paling sulit dari prosedur CT scan, tidak bisa dipetakan secara akurat. Tim tidak punya pilihan lain, namun secara bertahap menciptakan mereka dengan tangan menggunakan isyarat visual. Setelah benar-benar dirakit, seluruh replika Ötzi kemudian secara hati-hati dilukis tangan oleh seniman AS, Gary Staab.
Ötzi tewas pada usia 45 tahun karena tertusuk panah, di bahu kirinya, saat ia berdiri di sebuah puncak gunung Austria-Italia sekitar 5.300 tahun yang lalu. Untungnya bagi para peneliti, pria bertato setinggi 1,6 meter terawetkan berkat es glasial beribu-ribu tahun.
Ketika ia ditemukan pada tahun 1991, ia masih sangat utuh dan terawatt, bahkan para ilmuwan mengungkapkan bahwa makanan terakhirnya terdiri dari daging rusa dan Ibex. Sayangnya, ia bukanlah orang yang sehat. Otzi adalah intoleran terhadap laktosa, mengalami rematik, mengalami penyakit gusi parah, lebih buruk dari semua itu, penuh dengan parasit.
Bahkan saat ini, korban pembunuhan kuno ini menyediakan peneliti dengan bertumpuk-tumpuk data, termasuk fakta bahwa garis ibu, sebagaimana ditelusuri melalui DNA mitokondria nya, tidak lagi ada.
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR