Pendangkalan Danau Rawapening, Kabupaten Semarang, saat ini telah mencapai 50 persen dari kedalaman normal. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), kedalaman perairan darat terluas di Pulau Jawa ini hanya sekitar 8 meter.
(Baca : Yuk, Lihat Pembuatan Gula Jawa di Kampung Kopi Banaran)
"Sebulan yang lalu, kami mendampingi dari BPPT Bogor yang melakukan penelitian terhadap Rawapening, ya airnya, kemudian enceng gondoknya. Di sana melakukan beberapa pengukuran di wilayah area Rawapening, dari empat kecamatan itu diambil rata-rata."
"Disimpulkan kedalamannya tinggal 8 meter, itu posisi di tengah. Padahal kondisi normal, tahun 1994 ke sana, itu masih lima belas meter," kata Kasubbid Konservasi Sumber Daya Alam dan Keanekaragaan Hayati, Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Semarang, Marsodo, Minggu (1/5/2016).
Beberapa faktor menjadi penyebab laju pendangkalan Rawapening tidak terkendali. Di antaranya penggunaan pupuk kimia yang berlebihan oleh petani di lahan persawahan di bagian hulu Rawapening, kemudian larut ke sungai dan membuat enceng gondok di Rawapening semakin subur.
Selain dampak dari pemakaian pupuk kimia, upaya pemanfaatan enceng gondok untuk bahan kerajinan pun juga memiliki andil semakin meluasnya enceng gondok di Rawapening. (Baca pula : Apa Alasan Sulit Melindungi Bangunan Cagar Budaya di Semarang?)
"Karena kelompok perajin eceng gondok itu hanya ditebang batangnya. Dari penelitian kemarin, ternyata setelah ditebang batangnya, satu batang itu nanti akan tumbuh empat sampai lima batang lagi."
"Sehingga kalau satu gerombol itu ditebang, katakanlah misalnya sampai lima puluh, seratus batang, itu nanti tumbuhnya empat kali lipatnya," kata Marsodo.
Penulis | : | |
Editor | : | Irfan Hasuki |
KOMENTAR