Teh dari kawasan Pegunungan Wuyi, Provinsi Fujian, China ini boleh dikatakan sebagai teh termahal di dunia. Harganya bahkan lebih dari 30 kali harga emas.
Teh itu berasal itu tumbuh di semak-semak purba di Da Hong Pao, Pegunungan Wuyi. Teh Da Hong Pao sangat legendaris.
"Teh ini sepertinya lebih cocok untuk pengemis, tetapi harganya cocok untuk seorang kaisar dan memiliki hati Buddha," kata Xiao Hui, pembuat teh di Wuyishan, kota di tepi sungai yang berkabut di Fujian, China selatan seperti dilaporkan BBC, Senin (2/5/2016).
Pada tahun 2002, seorang pembeli yang kaya raya membayar 180.000 yuan atau setara Rp 365,7 juta lebih - untuk membeli hanya 20 gram teh lengedaris Da Hong Pao.
Harga itu sangat mengejutkan, bahkan bagi negara dengan budaya yang menilai minum teh sebagai bentuk seni selama sekitar 1.500 tahun (dan punya sistem klasifikasi teh yang membuat anggur Perancis tampak sederhana).
Da Hong Pao asli tidak hanya seharga emas. Harganya lebih dari 30 kali harga emas, hampir 1.400 dollar AS per satu gramnya atau setara Rp 18,4 juta dan lebih dari 10.000 dollar per teko. Da Hong Pao adalah salah satu teh termahal di dunia.
Xiao Hui memperlihatkan tampak fisik teh tersebut. Daun-daun teh itu gelap, kusut, dan belum selesai diolah dari kebun-kebun teh milik keluarganya di Wuyishan.
Xiao dan keluarganya, para pembuat teh selama beberapa generasi, masih pergi ke pegunungan setiap musim semi untuk memanggil dewa teh, Lu Yu, untuk membawa bibit-bibit baru.
Di setiap toko di Wuyishan memiliki satu set meja untuk mencicipi teh sebagai ritual gong fu cha (teh kung fu) – versi China dari upacara minum teh di Jepang. Rak-raknya dipenuhi dengan bermacam-macam pilihan daun teh.
Meskipun jenis yang tua dan antik dapat dijual dengan harga yang luar biasa tinggi, teh Da Hong Pao yang kualitasnya rasional dapat dihargai sekitar 100 per kilo atau sekitar Rp 1,3 juta di Wuyishan.
“Da Hong Pao yang asli sangat mahal karena sudah sangat sulit ditemukan pohon-pohon teh asli yang tersisa,” jelas pakar teh lokal Xiangning Wu. "Dan jenis yang kuno sangat berharga, hampir tak ternilai."
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR