Melihat pelangi menjadi hal yang menyenangkan. Pelangi adalah gejala optik dan meterologi yang berupa cahaya beraneka warna saling sejajar yang tampak di langit atau medium lainnya. Tapi sayang, kita tidak bisa melihat pelangi setiap waktu. Lalu muncullah pertanyaan, mengapa pelangi jarang terlihat?
Dalam ilmu fisika, pelangi dapat dijelaskan sebagai sebuah peristiwa pembiasan alam. Pembiasan merupakan proses diuraikannya satu warna tertentu menjadi beberapa warna lainnya melalui suatu medium tertentu pula. Proses terurainya warna terjadi ketika cahaya Matahari yang berwarna putih terurai menjadi spektrum warna melalui media air hujan. Adapun spektrum warna yang terjadi terdiri atas warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu.
Sebuah pelangi muncul tidak bergantung pada jenis atau lebatnya curah hujan yang turun, tetapi lebih kepada penutup awan yang menerima sinar Matahari. Jika sinar Matahari bersinar di atas hujan, air hujan mereflesikan cahaya dan membiaskan bermacam-macam warna. Tapi jika tidak, maka jangan harap akan muncul pelangi. Itulah sebabnya kenapa pelangi jarang terlihat dan tidak muncul setiap kali sehabis hujan.
Pelangi biasanya terbentuk hanya beberapa ratus kaki dari pengamatnya, sehingga curah hujan dan munculnya sinar matahari jaraknya tidak terlalu jauh. Jika curah hujan tidak mengisi udara di wilayah yang cukup besar, hanya sebagian pelangi yang akan terbentuk.
Pelangi terbesar terlihat ketika Matahari berdekatan dengan cakrawala. Dan waktu terbaik untuk melihat pelangi adalah ketika sore hari, sambil memandang ke arah timur. Selain itu, karena pelangi jarang terlihat kita bisa membuat pelangi buatan sendiri, dengan cara menyemprotkan air ke udara sementara Matahari bersinar begitu cerahnya.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR