Tri merapikan bulu yang berantakan. Disepuh dari kepala hingga ekor. Burung diam sesaat, lalu kembali menjerit. Sayap mengepak berusaha terbang. Saat sedang menelisik, dia melihat keunikan.
Tri terperangah, raut wajah terlihat begitu senang. Setelah memotret elang alap, dia duduk. Sebuah buku guide-tentang burung Kawasan Wallacea-dipelototi. Halaman berisi informasi mengenai jenis elang terbuka. Dua gambar elang alap dalam lembaran itu dicocokkan. Tak ada sama persis.
Burung ini tak disangka akan terjaring karena perangkap dipasang rendah. Elang alap biasa berada di dahan-dahan tinggi mengintai mangsa. Akhirnya ada beberapa spekulasi, kemungkinan sang burung terbang rendah memburu burung kecil, atau sedang menukik untuk menyergap mangsa seperti kadal.
Alap hasil tangkapan itu memiliki tiga stripe (totol) warna putih di bagian ekor, kaki kuning keemasan, kuku hitam, bulu dada coklat muda hingga leher. “Ada dua kemungkinan, ia Accipiter nanus ataukah Accipiter trinotatus. Keduanya endemik Sulawesi ,” katanya.
Accipiter nanus disebut elang alap kecil, untuk Accipeter trinotatus itu elang alap ekor totol. Dari karakter dua jenis itu, kata Tri, temuan alap di Gandang Dewata terjadi overlap dalam karakter morfologi (bentuk), ekor mirip trinonatus tetapi ukuran mirip nanus. “Bagaimana menentukannya? Kita akan uji molekuler. Dari jenis mana. Itu butuh waktu.”
Pertanyaan dari jenis mana alap di Gandang Dewata, terus menghantui. Keesokan hari, sang burung harus jadi specimen, sebagai sampel pengujian lebih lanjut.
Kejutan terus berlanjut. Ketika mengambil sampel pakan di bagian pencernaan si burung, ditemukan beberapa potongan tubuh serangga. Tri mengurai satu per satu. Ada kaki dan kepala serangga. Untuk memastikan, dia meminta bantuan seorang rekan peneliti serangga LIPI. “Nah secara umum, elang itu predator bukan insektivora (pemakan serangga), penelitian ini mengungkap referensi baru bahwa serangga salah satu pakan elang alap kecil.”
Elang alap Gandang Dewata ini jantan. Panjang total 23,9 sentimeter. Panjang tarsus (tungkai kaki) 4,33 sentimeter, rentang sayap 43,3 sentimeter dan berat sekitar 88 gram. “Ketersediaan pakan didominasi serangga menjadikan burung mengkonsumsi serangga, maka berukuran relatif kecil.”
Jika menelisik dari dua jenis alap seperti Accipiter nanus ukuran antara antara 23-28 sentimeter. Tungkai kuning jingga terang, paha putih dan tak bertanda, sera kuning kehijauan. Lalu Accipiter trinotatus berukuran 29-31 sentimeter, ekor gelap dengan dua hingga tiga bintik (totol) putih khas di seluruh bulu ekor.
“Jadi kemungkinan burung ini (alap Gandang Dewata) jenis berbeda dari Accipiter nanus dan Accipiter trinotatus. Variasi baru ini akan memberikan tambahan ciri dalam morfologi,” ujar dia.
Secara umum di Indonesia, elang alap termasuk ordo Falconiformes dan suku Accipitridae dengan anggota mencapai 21 genus. Untuk genus Accipiter terdapat 19 jenis. Tujuh jenis tersebar di sub Kawasan Sulawesi meliputi Talaud, Nenusa, Sangihe, Muna, Togian, Butung. Tiga jenis, yakni Accipeter nanus, Accipeter trinnotatus, Accipiter griseiceps endemik di sub kawasan ini. Endemik khusus Sulawesi Accipiter nanus.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR