Biro pemerintahan Tiongkok berencana akan menempatkan satu pangkalan kapal penyelamat di Kepulauan Spratly yang disengketakan di Laut Tiongkok Selatan.
Media nasional Tiongkok melaporkan hal itu pada Senin (23/5/2016), seperti dilaporkan Reuters. Tentu saja langkah Tiongkok itu untuk terus memperkuat kehadirannya di Laut Tiongkok Selatan.
Rencana itu muncul saat Tiongkok terus bergerak untuk mengembangkan infrastruktur sipil dan militer di wilayah yang diperebutkan di Laut Tiongkok Selatan, seperti dilaporkan China Daily, Senin.
Kapal itu, yang akan membawa sejumlah pesawat tanpa awak atau drone, dan sejumlah robot bawah laut, dijadwalkan akan diluncurkan pada paruh kedua tahun ini.
Penjelasan itu disampaikan Chen Xingguang, komisaris politik kapal itu, yang berada di bawah wewenang Biro Penyelamatan Laut Tiongkok Selatan dari Kementerian Transportasi.
Biro sipil memiliki 31 unit kapal dan empat unit helikopter yang melakukan sejumlah misi penyelamatan di Laut Tiongkok Selatan.
Para pejabat dari departemen itu mengatakan, mereka bekerjasama dengan pihak militer dalam kegiatan yang demikian
Pejabat mengatakan, pangkalan kapal penyelamat itu akan membuat pasukan penyelamat dapat memberikan bantuan kepada para kapal nelayan yang sedang dalam masalah, dan memperpendek jarak yang perlu mereka tempuh.
Masih belum jelas di pulau mana kapal itu akan ditempatkan. Namun Beijing telah melakukan reklamasi lahan dan pembangunan di sejumlah pulau di Kepulauan Spratly.
Kepulauan itu juga diklaim secara tumpang tindih oleh Filipina, Vietnam, Brunei, Malaysia, dan Taiwan.
Tiongkok mengklaim sebgian besar wilayah Laut Tiongkok Selatan, yang dilewati oleh kapal-kapal perdagangan senilai lima triliun dolar AS tiap tahun.
Washington telah menuduh Beijing melakukan militerisasi Laut Tiongkok Selatan setelah membangun sejumlah pulau buatan.
Beijing, sebagai balasannya, telah mengeritik soal meningkatnya patroli kelautan dan latihan militer AS di wilayah Asia.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR