Sejak selesai dibangun pada 1654, Taj Mahal berhasil bertahan dari berbagai jenis serangan. Kompleks ini pernah diserang oleh orang-orang Jat, dirusak tentara Inggris, dan terpapar polusi udara.
Kini, Taj Mahal harus menghadapi sebuah ancaman lain yang baru teridentifikasi, yaitu kotoran serangga.
Serangga yang berkembang biak di sungai yang mengalir di dekat Taj Mahal meninggalkan jejak kotoran berwarna hijau dan hitam di dinding marmer bangunan bersejarah itu.
Para pekerja setiap hari menyikat dinding Taj Mahal untuk membersihkan kotoran itu, tetapi proses pembersihan ini juga menimbulkan risiko.
"Terlalu sering disikat bisa merusak mosaik bunga dan mengurangi kehalusan permukaan dinding," kata Bhuvan Vikram dari Survei Arkeologi India.
"Akibatnya, serangkaian panel marmer yang memiliki motif tumbuhan sudah banyak yang kehilangan bentuknya," tambah Vikram.
Sementara itu, pemerintah terus berupaya untuk mencari solusi permanen untuk menyelesaikan masalah yang disebabkan serangga dari jenis Goeldichiromonus.
Serangga ini adalah jenis lalat bertubuh panjang seperti nyamuk yang berkembang biak di Sungai Yamuna.
Sungai ini sangat kotor hingga mencapai level yang tak bisa lagi menunjang kehidupan ikan yang biasanya menjadi pemangsa alami serangga itu.
Sebuah laporan mengungkap bahwa bercak-bercak hijau di dinding Taj Mahal adalah kotoran serangga.
"Hasil dari survei awal menyebut Sungai Yamuna yang mengalir di belakang Taj Mahal adalah sumber masalahnya," ujar aktivis lingkungan, Brij Khandelwal.
Khandelwal mengatakan, penyebab utama dari masalah serangga ini adalah Sungai Yamuna yang dalam kondisi "sekarat".
"Tak ada air lagi (di Sungai Yamuna). Di sungai itu hanya ada sampah industri yang mengalir dari Delhi menuju ke Taj Mahal," tambah Khandelwal.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR