Hari Tanpa Tembakau Sedunia pertama kali diperkenalkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 31 Mei 1989 untuk mendorong kesadaran masyarakat di seluruh dunia agar mengurangi atau menghentikan konsumsi tembakau dalam bentuk apapun.
Perayaan ini sekaligus bertujuan untuk menarik perhatian masyarakat global untuk menyebarkan pesan tentang efek berbahaya penggunaan tembakau dan dampaknya terhadap orang lain.
Ada banyak kegiatan yang biasa diselenggarakan untuk merayakan Hari Tanpa Tembakau Sedunia, seperti pawai, demonstrasi, kampanye iklan, komunikasi langsung dengan masyarakat, poster, dan program-program pendidikan.
Bukan hanya dari sisi masyarakat, WHO, sebagai organisasi utama yang bertindak sebagai pengorganisir Hari Tanpa Tembakau Sedunia mendesak negara-negara di dunia untuk melawan derasnya pertumbuhan rokok.
Dalam perayaan Hari Tanpa Tembakau Sedunia tahun ini, WHO mengusung tema “Bersiaplah untuk Kemasan Polos”. Kemasan polos merupakan kebijakan yang membatasi dan melarang penggunaan logo, warna, gambar merk, atau informasi promosi pada kemasan tembakau selain nama merk dan produk yang ditampilkan dalam warna dan gaya font standar.
Menurut WHO, hal tersebut penting untuk mengurangi daya tarik produk tembakau, membatasi penggunaan kemasan tembakau sebagai bentuk iklan dan promosi, pelabelan dan kemasan yang menyesatkan, serta mengefektifkan peringatan bahaya kesehatan.
Australia menjadi negara pertama yang telah mengimplementasi kemasan polos produk tembakau pada tahun 2012. Sejumlah negara termasuk Irlandia, Inggris dan Perancis telah meresmikan hukum untuk mengimplementasikan kemasan polos dan tengah memasuki tahap pertimbangan untuk mengimplementasikannya.
Kecanduan nikotin memiliki efek buruk bagi kesehatan. Zat yang terkandung dalam tembakau ini mengikat jalur dopamin otak seperti halnya zat terlarang lain seperti alkohol, met, heroin, dll.
Bukan hanya perokok aktif, perokok pasif turut terkena dampaknya. Tembakau membunuh 600.000 perokok pasif per tahunnya. Angka lebih mengerikan terjadi di tahun 2004, di mana sepertiga kematian anak terjadi karena posisinya sebagai perokok pasif.
Diperkirakan pada tahun 2030 nanti, tembakau akan membunuh lebih dari delapan juta orang per tahunnya. Empat dari lima kematian yang terjadi berasal dari negara berpenghasilan menengah dan rendah. Kematian berasal dari kanker, diabetes, penyakit pernapasan akut, dan jantung.
Penulis | : | |
Editor | : | Julie Erikania |
KOMENTAR