"Pembuatan (film) The Revenant adalah tentang hubungan manusia dengan alam pada 2015, tahun paling panas dalam sejarah dunia."
Kalimat panjang di atas datang dari aktor Hollywood Leonardo DiCaprio di panggung Academy Awards ke-88 di Dolby Theatre, Los Angeles, AS, Minggu (28/2/2016) malam waktu setempat.
Setelah 22 tahun berkarier di industri film, DiCaprio akhirnya meraih piala Oscar berkat aktingnya di The Revenant. Namun, momen kebahagiaan tak ia hiasi dengan menangis haru atau ucapan pidato terima kasih yang terlalu panjang.
Alih-alih, DiCaprio mengungkapkan kepedulian terhadap perubahan iklim yang menurut dia kian nyata. Pengalaman saat pembuatan film The Revenant jadi rujukan tambahannya untuk fenomena pemanasan global.
Film tersebut mengambil latar tempat bersalju. Saat pembuatan, saking sulitnya mendapatkan lokasi dengan salju tebal, para kru harus menempuh perjalanan sampai ke ujung selatan bumi untuk pengambilan gambar.
"(Pemanasan global) ini merupakan ancaman mendesak bagi seluruh spesies di muka bumi dan kita harus sama-sama menghentikannya," ucap DiCaprio.
Bukan omong kosong belaka, suhu bumi diperkirakan akan terus menanjak, tak terkecuali di Indonesia. Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) memprediksi, rata-rata suhu di sini pada 2100 mencapai 40 derajat Celsius.
Perkiraan tersebut bisa benar-benar jadi kenyataan bila tidak ada upaya menekan jumlah emisi gas karbon dioksida. Ozon akan makin menipis, suhu bumi naik, dan kemarau makin panjang. Indonesia yang dulu hijau bisa jadi kering kerontang.
Saat itu, menurut NASA, kemarau akan mencapai puncaknya mulai Juni sampai Oktober. Sangat mungkin, temperatur selama beberapa waktu di lokasi tertentu akan mencapai lebih dari 40 derajat Celsius.
Upaya mengantisipasi pemanasan global pun sebenarnya tak perlu menunggu program pemerintah. Kita juga bisa melakukan aksi mencegah atau setidaknya memperlambat proses pemanasan bumi.
Bagaimana caranya?
Hemat energi
Pembakaran energi, tanpa disadari, jadi penyebab utama kenaikan emisi gas. Asap knalpot, pabrik, dan produksi rumah tangga adalah "biang kerok"-nya. Wajar, pencarian energi ramah lingkungan terus digalakkan.
Namun, masa kita harus menunggu sampai energi ideal itu ditemukan? Mulai sekarang, lebih baik penggunaan energi sehari-hari diminimalkan.
Pertama, lengkapi rumah dengan peralatan elektronik hemat energi, Kalau bisa, pilih yang juga ramah lingkungan. Misalnya, lampu rumah diganti dengan jenis LED agar tak memakan listrik terlalu banyak.
Penulis | : | |
Editor | : | test |
KOMENTAR