PT. KAI berencana menghadirkan koleksi "Gerbong Maut" di Museum Kereta Api Stasiun Bondowoso pada tahun 2017. "Gerbong Maut" adalah julukan bagi gerbong kereta api yang memiliki peristiwa bersejarah bagi Kabupaten Bondowoso.
Manager Museum PT. KAI, Sapto Hartoyo mengatakan, koleksi "Gerbong Maut" akan mencoba menampilkan gerbong kereta yang pernah membawa pejuang kemerdekaan dari Stasiun Bondowoso menuju Surabaya di Museum Kereta Api Stasiun Bondowoso.
"Kalau kita dapat gerbong yang asli kita buat sama tapi kalau nggak ada ya kita pakai bahan lain. Artinya kita buat replikanya," kata Sapto saat dihubungiKompasTravel, Senin (15/8/2016).
Menurut Sapto, proyek "Gerbong Maut" ini termasuk ke dalam perencanaan pengembangan Museum Kereta Api Stasiun Bondowoso tahun 2017. Ia menargetkan, "Gerbong Maut" akan hadir pada pertengahan tahun 2017 yakni bulan Juni.
"Di dalamnya kita akan pamerkan barang-barang yang dipakai para pejuang seperti sepatu, pakaian dan lain-lain. Kita buat satu gerbong dan nanti kita pamerkan di emplasement (jalur rel kereta) Stasiun Bondowoso," jelasnya.
Sapto berharap melalui koleksi replika "Gerbong Maut", nantinya generasi muda khususnya yang berada di Jawa Timur lebih bisa menghargai jasa para pahlawan. Selain itu, menurut Sapto, replika "Gerbong Maut" bisa menggambarkan bahwa kereta api merupakan transportasi utama pada saat itu.
"Gerbong Maut" adalah gerbong yang digunakan militer Belanda untuk membawa tawanan yakni orang-orang Indonesia dari Penjara Bondowoso ke Penjara Bubutan tahun 1947.
Penjara Bondowoso berada di Kabupaten Bondowoso sementara Penjara Bubutan berada di Surabaya. Ada tiga gerbong yang mengangkut para tawanan. Tawanan ini adalah para pejuang Indonesia yang melawan Belanda saat itu.
Kereta berangkat pada 23 November 1947 sekitar jam lima pagi dari Stasiun Bondowoso dan sampai di Stasiun Wonokromo, Surabaya, sekitar jam delapan malam. Perjalanan yang memakan waktu 16 jam tersebut yang mengantarkan para tawanan kepada maut.
"Gerbong Maut" terbuat dari baja yang rapat tanpa ada ventilasi apa pun. Ketika pintu ditutup dan dikunci, tak ada udara yang masuk, pun tak ada udara keluar. Apalagi perjalanan yang ditempuh sebagian besar dilakukan pada siang hari. Hasilnya, adalah ibarat sebuah oven.
Kepala Bidang Promosi Dinas Pariwisata Kabupaten Bondowoso, Adi Sunaryadi menuturkan, pemindahan tawanan dilangsungkan dengan menggunakan tiga gerbong. Pihak Belanda tidak memberikan makan dan minum kepada para tawanan di dalam gerbong hingga menyebabkan beberapa tawanan tewas.
"Gerbong satu ada 38 orang, kondisi lemas dan pingsan. Gerbong dua ada 30 orang, mati 8 orang. Gerbong tiga ada 38 orang, mati semua," cerita Adi kepada KompasTravel saat menggambarkan "Gerbong Maut".
Saat ini "Gerbong Maut" bisa ditemukan di Museum Brawijaya, Kota Malang. Gerbong yang dipamerkan di Museum Brawijaya merupakan gerbong paling baru dibanding gerbong maut lainnya. Tawanan paling banyak ditempatkan di gerbong berseri GR 10152 karena kondisinya yang lebih panjang.
Museum Kereta Api Stasiun Bondowoso rencananya akan diresmikan pada tanggal 17 Agustus 2016. Museum yang menampilkan koleksi perkeretaapian milik Stasiun Bondowoso ini juga akan menjadi museum perkeretaapian pertama di Jawa Timur.
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Mengapa Energi Panas Bumi di Flores Ramah Lingkungan dan Perlu Dimanfaatkan?
KOMENTAR